“Berjualan secara online lebih praktis dan efisien. Bayangkan jika harus membangun toko saja perlu dana ratusan juta, belum isinya,” paparnya.
Dengan berjualan online, masyarakat juga bisa mengenalkan produk-produk hasil pertanian secara lebih luas. Termasuk, mempromosikan desa-desa wisata yang ada di Kecamatan Pabelan. Dia juga mengajak masyarakat mendukung produk-produk lokal dari Kecamatan Pabelan.
“Mari kita dukung produk-produk lokal, produk UMKM. Caranya dengan menyuguhkan snack produk warga Pabelan saat rapat atau pertemuan. Ini akan menggerakkan ekonomi masyarakat di Pabelan,” katanya.
Kabid Pemerintahan Desa Dispermades Kabupaten Semarang, Aris Setyawan menjelaskan, langkah peningkatan ekonomi masyarakat desa tak hanya lewat pembangunan infrastruktur. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan menemukan dan fokus mengembangkan potensi desa. Potensi tersebut diantaranya UMKM desa, kerajinan, wisata, hasil pertanian, peternakan, hingga kuliner.
“Digitalisasi UMKM perlu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses bisnis serta operasional UMKM,” ujarnya.
Digitalisasi UMKM menjadi penting karena lebih dari 60 persen ekonomi nasional disokong oleh sektor UMKM. Menurut Aris, transformasi ekonomi secara digital adalah peluang sekaligus tantangan bagi UMKM di desa. Karena itu, sumber daya manusia (SDM) yang ada di desa perlu pendampingan dan pelatihan untuk melakukannya.
“UMKM perdesaan tidak perlu meniru startup besar, bisa dimulai lingkup kecil dengan membangun kerjasama dengan BUMDes. BUMDes ini sebagai lokomotif bagi UMKM desa, bukan pesaing,” katanya.
Saat ini, lanjutnya, dari 208 desa yang ada di Kabupaten Semarang, terdapat 192 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Sejumlah upaya juga dilakukan pemerintah dalam mendorong percepatan ekonomi digital di desa. Diantaranya dengan meningkatkan konektivitas internet, memberikan pelatihan teknis mengembangkan sarpras digital, serta memacu pertumbuhan ekonomi digital melalui pengembangan kapasitas UMKM desa dan BUMDes. (adv)