“Sampai sekarang udah nerbitim tujuh judul novel dan kumpulan cerpen. Yang paling laris adalah Pesta di Sarang Kelinci karya Juan Pablo Villalobos,” beber Irwan.
Berikan khazanah
Dalam merintis Labirin Buku, bahasa menjadi kendala terbesar. Gita bahkan mempelajari bahasa Spanyol secara otodidak.
Dalam proses penerjemahan pun ternyata tidak bisa begitu saja. Labirin Buku harus mengontak agensi penulisan yang memiliki wewenang pada sang penulis atau penulisnya langsung.
“Di tahap ini kami mengirim proposal lalu negoisasi copyright. Apabila sudah berjalan lancar kami bayar lalu menerjemahkan,” imbuh Gita.
Dalam menerjemahkan dan menyunting, Irman dan Gita melakukan sendiri. Berbekal ilmu dari kuliah Sastra Indonesia, mereka pede saja dalam mengerjakan semua itu. Hasilnya pun cukup disukai oleh pembaca.
“Dalam menerjemahkan setiap buku memiliki perlakuan yang berbeda. Tergantung karakter penulisnya,” ucapnya.
Lebih jauh, Irwan dan Gita juga tak sembarangan memilih untuk menjadikan Labirin Buku sebagai penerbit khusus sastra Amerika Latin. Ada misi serius yang mereka emban.
BACA JUGA: Melihat AI Bekerja: Sekitar Pro-Kontra Sampul Buku dengan Gambar Ciptaan Akal Imitasi
Keduanya ingin, Labirin Buku bisa memberikan khazanah baru kepada pembaca-pembaca di Indonesia, khususnya dari sastrawan-sastrawan Amerika Latin.
Menurut Irwan, pembaca di Indonesia masih menganggap sastra Amerika Latin masih generasi el Boom atau penulis-penulis lama. Padahal, sastra Amerika Latin kini sudah sangat beragam.
“Kami ingin mematahkan stigma itu. Sebab memang Sastra Amerika Latin sudah bergerak banget,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila