Jateng

Kedelai Kian Mahal dan Langka di Pasaran, Ketua DPRD Jateng Ungkap Penyebabnya

×

Kedelai Kian Mahal dan Langka di Pasaran, Ketua DPRD Jateng Ungkap Penyebabnya

Sebarkan artikel ini
Ketua DPRD Jateng Sumanto
Ketua DPRD Jateng Sumanto dalam Podcast Parlemen di kanal YouTube beritajatengtv channel. (Youtube beritajatengtv channel)

KARANGANYAR, beritajateng.tv – Tak hanya beras, produksi kedelai yang mahal dan kian langka juga menjadi keluh kesah masyarakat saat ini. Ketua DPRD Jateng Sumanto mengungkap alasan harga kedelai mahal dan langka.  Menurutnya, petani yang enggan menanam kedelai karena kurang menguntungkan menjadi salah satu faktornya.

“Prinsipnya kalau menguntungkan, mereka (petani) akan menanam. Kalau disini sebagian besar petani sawah, mereka akan menanam padi karena dirasa lebih menguntungkan,” ujar Sumanto dalam Podcast Parlemen di kanal YouTube beritajatengtv channel.

Lebih lanjut, legislator yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Komisi B DPRD Jateng itu menyebut mayoritas kedelai di Indonesia merupakan hasil impor. Ia menyinggung sulitnya swasembada kedelai jika tidak ada kebijakan pemerintah yang menguntungkan petani. Hal ini menyebabkan harga kedelai mahal.

BACA JUGA: DPRD Jateng Dorong Pemerintah Jaga Ketersediaan dan Stabilkan Harga Kedelai

Sumanto mengungkap, kedelai bukanlah opsi utama yang menjadi pilihan petani untuk ditanam. Sumanto menyebut penanaman kedelai oleh petani bersifat alternatif.

“Dulu petani menanam kedelai karena tidak ada alternatif, khususnya saat musim tanam ketiga itu kan lemah (tanah) kering. Jadi mereka menanam kedelai karena tidak butuh air banyak,” beber politisi PDI Perjuangan tersebut.

Terlebih, Sumanto menyebut hal itu petani lakukan agar tanahnya tidak menganggur pada musim tanam ketiga.

“Daripada lemahnya (tanahnya) nganggur makanya mereka menanam kedelai. Kalau sekarang mereka lebih memilih menanam padi,” sambungnya.

Sumanto menampik anggapan bahwa petani enggan menanam kedelai karena lebih rumit dan banyak hama yang menyerang. Menurutnya, orientasi keuntungan dalam menanam padi yang lebih besar ketimbang kedelai menjadi alasan utama.

“Yang terpenting sebenarnya mereka (petani) untung. Dibanding menanam kedelai 1 hektare umpamanya dapat Rp10 juta dan padi dapat Rp20 juta, otomatis mereka memilih untuk menanam padi kan,” bebernya.

Harga kedelai naik, produsen tempe kurangi ukuran produk

Sumanto pun tak mempermasalahkan siasat pedagang, seperti produsen tempe yang mengecilkan ukuran produknya untuk bertahan di tengah gempuran langkanya kedelai.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan