“Nah, itu (pembangunan infrastruktur) kan yang kemudian membuat mereka semakin menderita, ya, dengan kondisi yang ada itu. Harapannya sih sebenarnya dengan buku ini hadir, pada saat itu kami menulis buku ini bukan sebagai konsumsi untuk peneliti, tetapi memang untuk warga,” beber Mila.
Bak menulis buku harian yang menggambarkan nestapa warga Sayung, Mila ingin merekam agar di masa depan nanti generasi penerus memiliki proyeksi terhadap masalah yang pernah terjadi di Sayung.
“Jadi ini pengetahuan-pengetahuan warga yang kemudian terbukukan. Biar nanti mereka punya ‘Oh, ceritanya itu dulu seperti ini’. Jadi kalau ada generasi yang masih muda, itu sebenarnya bisa tau bagaimana bisa bersikap,” terangnya.
Mila mengklaim pihaknya tak akan pernah berhenti bersuara kepada Pemerintah perihal probelmatika Sayung yang tanpa ujung.
“Utamanya keberpihakan lah ya yang utamanya kita harus suarakan. Nah, ini kami di Perguruan Tinggi kemudian juga akan mencoba terus menerus membantu atau pun mungkin mendampingi. Tidak semuanya solusi itu kita berikan. Paling tidak ya tersampaikan, tersuarakan,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi