“Dan juga agar karawitan yang ada di Sekolah Mataram bisa memberikan hiburan. Ini tidak hanya bapak ibu guru, tapi juga siswa dari SD, SMP, SMA, hingga SMK,” katanya.
Tantangan belajar membaca notasi
Sementara itu, pelatih karawitan, Joko Soesilo menyebut, melatih karawitan kepada bapak ibu guru Sekolah Mataram sebenarnya tak memiliki kesulitan berarti. Sebab, menurutnya, belajar gamelan termasuk hal yang mudah.
Hanya saja, para guru tak terbiasa membaca notasi. Padahal, notasi adalah kunci supaya irama terdengar merdu.
“Mereka tidak terbiasa membaca notasi dengan cara jawa yaitu siji, rolo, telu, papat, limo, enem. Tapi mereka terbiasa membaca notasi dengan do, re, mi,” ungkap pria yang akrab disapa Soes itu.
BACA JUGA: Soal Pinjam Laptop untuk ANBK, Disdik Semarang: Sekolah Bisa Lapor atau Bagi Beberapa Sesi Ujian
Lebih dari itu, Soes mengapresiasi semangat tinggi dari guru-guru Sekolah Mataram. Dengan berbagai latar belakang yang berbeda, mereka tetap menunjukkan keinginan yang besar dalam berlatih karawitan.
“Harapan saya, siswa maupun guru Sekolah Mataram betul-betul bisa memaknai bahwa gamelan itu salah satu budaya bangsa Indonesia yang harus dilestarikan,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila