Scroll Untuk Baca Artikel
Gaya Hidup

Manfaat Puasa dalam Psikologi, Mengatur Emosi Diri hingga Konsep Belief

×

Manfaat Puasa dalam Psikologi, Mengatur Emosi Diri hingga Konsep Belief

Sebarkan artikel ini
manfaat puasa ramadhan
Psikolog ungkapkan manfaat puasa Ramadhan bagi kondisi psikologis. Kamis (13/4/2023).

SEMARANG, beritajateng.tv – Selain sebagai ibadah, puasa juga dapat memberikan manfaat psikologis yang signifikan, terutama dalam pengelolaan emosi. Ternyata, manfaat puasa juga tidak hanya menyangkut lahiriah, tetapi juga batiniah.

Menurut Pradipta Christy Pratiwi, M.Psi., Psikolog, dosen psikologi di Universitas Negeri Semarang (Unnes), manfaat puasa dapat membantu mengelola emosi dengan lebih baik dan memperbaiki kontrol diri.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Ia menjelaskan bahwa ketika dalam kondisi berpuasa, kita secara sadar mengendalikan dan mengontrol makanan yang masuk ke tubuh. Hal tersebut menjadi salah satu manfaat puasa yang membuat sistem metabolisme tubuh menjadi semakin terukur dan stabil.

“Dalam proses berpuasa itu, hormon di tubuh kita mengalami yang namanya stabilisasi. Hormon kortisol yang terkait dengan stress terkelola oleh tubuh dengan lebih baik. Kita bisa bayangkan sendiri kalau hormonnya teratur, metabolisme tubuh membaik, stressnya jadi menurun, sehingga kita dalam menjalankan aktivitas sehari-hari secara emosi lebih terkontrol,” jelas Dipta kepada beritajateng.tv hari Kamis (13/04/2023).

Dipta menambahkan manfaat puasa lainnya. Ketika seseorang berpuasa, khususnya dalam konteks beribadah, hal tersebut terkait juga dengan konsep ‘Belief’. Belief atau disebut sebagai keyakinan, pandangan, dan penilaian individu terhadap suatu peristiwa atau perilaku sekaligus sebagai dasar penggerak seseorang dalam berpikir, merasa, dan berperilaku.

Manfaat Puasa: Menahan Amarah, Memperbaiki Rasa

Secara psikologis, ketika seseorang berpuasa dan memiliki energi yang terbatas sepanjang hari, orang tersebut cenderung akan melakukan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat dan mendatangkan pahala. Itulah yang kemudian sebagai Belief.

“Pasti orang yang berpuasa itu menjalankan apa yang agama anjurkan, secara tidak langsung dalam psikologi berbicara tentang Belief, itu juga menguatkan perilaku orang-orang yang berpuasa untuk bisa mengendalikan emosinya,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan