BLORA, beritajateng.tv — Lanskap media lokal di Indonesia sedang berubah cepat. Dari sekadar penyampai berita, kini media dituntut menjadi fasilitator warga. Yakni menjembatani aspirasi publik, melawan hoaks, hingga membuka peluang ekonomi lewat kolaborasi digital.
Riza Primadi, dalam paparan “Model Bisnis Media Lokal : Masa Depan Media Lokal di Era Ponsel”, menegaskan bahwa lebih dari 80 persen konsumsi berita kini terjadi lewat ponsel.
“Audiens tak lagi membuka portal berita, mereka membaca potongan konten lewat WhatsApp, Instagram, TikTok, atau YouTube,” ujarnya, saat menjadi nara sumber di Lokakarya SKKMigas – KKKS Jabanusa di hotel Gumaya, Semarang, Rabu, 8 Oktober 2025.
BACA JUGA: Selalu Libatkan Pers, Gubernur Ahmad Luthfi Ungkap Peran Media Bagi Pemerintahannya
Fenomena ini membuat akun-akun hyperlokal seperti “Info Kota” tumbuh pesat. Mereka cepat, dekat dengan warga, dan relevan. Tapi di balik itu, ada tantangan besar: kualitas jurnalisme menurun, banyak konten viral tanpa verifikasi.
“Kunci masa depan media lokal ada pada trust dan relevansi,” kata Riza. “Media harus jadi kurator informasi resmi, bukan hanya pemburu klik.” imbuhnya.
Dari Portal ke Fasilitator: Model Baru Media Lokal
Riza menawarkan peta jalan yang berani : media lokal perlu menjadi penghubung warga, pemerintah, dan sektor swasta.
Fungsi utamanya bukan hanya mengabarkan, tapi juga memverifikasi, memfasilitasi, dan menggerakkan.
Strategi monetisasi pun ikut bergeser. Media tak bisa lagi bergantung pada iklan banner. Kini, peluang ada dikontrak komunikasi publik pemerintah, CSR storytelling perusahaan, Iklan UMKM berbasis komunitas, Membership warga (akses info eksklusif), Hingga event offline seperti job fair dan festival UMKM.