Dengan model hybrid, potensi pendapatan media lokal — terutama di wilayah migas seperti Jawa Timur — bisa mencapai Rp95 hingga 145 juta per bulan.
Ponsel Adalah Meja Redaksi Baru
Media yang dulu bergantung pada kantor redaksi, kini hidup di genggaman. WhatsApp menjadi kanal paling intim dengan warga, Instagram dan TikTok menjadi panggung utama untuk milenial dan Gen Z, sementara YouTube menghadirkan storytelling panjang.
“Media harus adaptif, real-time, bahkan mampu belajar dari perilaku audiens,” terang Riza dalam konsepnya tentang Agentic Media — media yang bisa menginisiasi percakapan, menyesuaikan format otomatis, dan bahkan menjadi fasilitator transaksi antara warga dan lembaga.
BACA JUGA: Mediasi Kasus Siswi SD Semarang ke Sekolah Lewat Bantaran Sungai, Camat Gajahmungkur: Akses Jalan Akan Dibuka
Kunci Sukses Media Lokal Masa Depan
1. Bangun kepercayaan lewat verifikasi dan transparansi.
2. Gunakan ponsel dan media sosial sebagai kanal utama.
3. Kembangkan model bisnis hybrid, bukan sekadar iklan.
4. Jadilah fasilitator sosial, bukan hanya portal berita.
Era ponsel bukan ancaman bagi media lokal, justru peluang. Selama media mampu menjadi kurator terpercaya dan penggerak komunitas, mereka akan tetap hidup, bahkan tumbuh di tengah banjir informasi. “Masa depan media bukan di gedung redaksi, tapi di genggaman warga,” tutup Riza. (*)
Editor: Farah Nazila