“Dulu pernah ada orang Semarang, dia ingin papanya dibikinin rumah arwah tapi mirip asli, sampai orang yang bikin diajak ke rumah, dilihatin desainnya. Nah, dampaknya ada gangguan seolah-olah ada arwah di situ. Solusinya harus rumahnya dijual atau dirombak, direnovasi,” imbuhnya.
Model rumah berbeda tergantung hobi ‘arwah’ mendiang orang Tionghoa
Lebih lanjut, Ong menyebut jika model rumah arwah juga mengalami pergeseran tren layaknya model rumah pada umumnya. Misalnya, salah satu model rumah khas Tionghoa yang dulunya jadi favorit kini mulai berganti dengan desain rumah-rumah modern.
Tak hanya itu, jika umumnya rumah arwah berisi perabot rumah, namun Ong ternyata bisa menambahkan beberapa aksesoris tambahan menyesuaikan hobi masing-masing arwah.
“Dulu pernah ada orang meninggal, orangnya seneng adu ayam jago, terus kasih ayam jago. Ada yang seneng main mesin dingdong, kasih mesin dingdong. Terakhir kemarin di Jogja yang meninggal seneng anjing, kasih anjing-anjingan,” ucap pria kelahiran 1949 itu.
BACA JUGA: Tak Berani Jamin Kesembuhan Pasien, Begini Kisah Ardian Si Ahli Pijat Golok dan Api di Kota Semarang
Dalam kepercayaan Tionghoa, kata Ong, mengirim rumah arwah merupakan salah satu hal krusial yang bisa memengaruhi kehidupan mendiang di alam baka nantinya.
“Dengan rumah arwah ini, harapannya arwah tidak kesusahan di alam sana. Karena memiliki rumah, berbagai macam baju, uang, dan keperluan lainnya,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi