Mesin yang dulunya tradisional perlahan ia modifikasi. Fanus memanfaatkan peralatan pabrik sebagai alat produksi kue keranjang.
“Saya otak-atik sendiri, mulai dari oven yang berkapasitas besar, mesin takaran, mesin pengaduk, sehingga mempercepat proses produksi,” paparnya.
Sementara itu, perjalanan Fanus menjadi produsen kue keranjang ternyata berawal dari keisengannya. Pada tahun 2008 silam, saat ia masih duduk di bangku SMA, Fanus memilih berjualan kue keranjang untuk mengisi waktu luang. Tak disangka, kue keranjang produksinya laku keras.
BACA JUGA: Asyik! Perayaan Imlek di Pecinan Bakalan Meriah, Ada Pembagian Kantong Imhok
“Awalnya membuat kue keranjang uji coba sendiri. Dapet ide dari orang tua apalagi kue keranjang juga tradisi orang Tionghoa. Iseng-iseng jualan terus tau-tau kok ramai,“ bebernya.
Saat ini, ia bisa memproduksi 4 hingga 5 kali kue keranjang dalam sehari. Dalam satu kali produksi, mesin dapat menghasilkan 500 kilogram kue keranjang.
Adapun untuk harga, Fanus membanderol kue keranjang dengan harga per karton. Satu karton berisi 10 kilogram ia banderol senilai Rp280 ribu. Sementara satu karton berisi 15 kilogram ia hargai Rp420 ribu. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi