“Tidak hanya melihat karya seni, tapi juga bisa merasakan melalui 4 panca indra. Biar yang nggak pernah ke pasar, akhirnya bisa mencium bau kapulaga, temulawak, secang, cengkeh, dan lain-lain,” jelasnya kepada beritajateng.tv.
Perkembangan industri jamu yang pesat di Kota Semarang
Lebih lanjut, Adam menjelaskan bahwa pameran Jalur Rempah bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada anak muda tentang narasi Semarang sebagai kota transit perdagangan rempah yang terjadi sebelum abad 20, tepatnya pada abad 16, 17, dan 18. Saat itu, Semarang sebagai pelabuhan utama di Pulau Jawa sangat berperan penting dalam jalur perdagangan rempah Nusantara.
Rempah-rempah yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia akan transit terlebih dahulu di Semarang sebelum akhirnya dijual dan diekspor. Dari melimpahnya rempah yang ada di Semarang, kata Adam, kemudian turut menyebabkan perkembangan industri jamu yang pesat.
Antara lain munculnya merek-merek terkenal seperti Nyonya Meneer, Jago, hingga Sido Muncul.
“Menyadarkan kepada pengunjung bahwa Semarang merupakan jalur perdagangan rempah di dunia. Pulau Jawa mulai dari Banyuwangi, Malang, Solo Jogja, Purworejo, Bandung, dan lainnya itu penghasil bumi yang luar biasa,” katanya.
Selain itu, bukti Semarang pernah menjadi pusat Jalur Rempah adalah banyaknya gedung berarsitektur khas Belanda di Kawasan Kota Lama. Salah satunya adalah Gedung Oudetrap yang berdiri pada 1834.
BACA JUGA: Pameran Seni Rupa ‘Beyond Language’, Satukan Bahasa Ekspresi dari Empat Perupa
“Dulu Gedung Oudetrap juga digunakan oleh VOC untuk menyimpan rempah-rempah salah satunya gambir,” pungkasnya.(*)
Editor: Farah Nazila