SEMARANG, beritajateng.tv – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan pelemahan signifikan dalam beberapa pekan terakhir.
Bahkan, posisinya kini mendekati titik terlemah seperti saat krisis moneter 1998, di mana rupiah sempat terperosok hingga Rp16.872 per dolar AS.
Merespons hal itu, Pengamat Ekonomi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Nugroho Sumarjiyanto Benedictus, meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak melakukan tindakan yang justru memperparah kondisi pasar. Misalnya menukarkan rupiah secara besar-besaran ke dolar AS.
“Untuk masyarakat supaya tenang dan tidak ikut panik dan melakukan rush atau menarik dananya ramai-ramai dari bank dan nonbank serta jangan ikut memanfaatkan situasi dengan menukar rupiah dengan dolar AS,” katanya kepada beritajateng.tv, Selasa, 8 April 2025.
BACA JUGA: Apindo Jateng Soroti Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah, Dunia Usaha Terancam Mandek!
Ia membandingkan kondisi saat ini dengan krisis moneter pada 1997/1998 silam. Saat itu, krisis terjadi ketika banyak pelaku pasar yang panik dan menukarkan aset rupiah mereka ke dolar.
Ditambah lagi, pada saat itu belum ada instrumen kebijakan makroprudensial dan mikroprudensial seperti yang dimiliki Indonesia saat ini. Hal tersebut membuat krisis makin dalam.
“Indonesia sudah memiliki beberapa jaringan pengaman untuk stabilitas sistem keuangan dengan kebijakan makroprudensial oleh BI dan mikroprudensial oleh OJK sehingga tidak parah seperti krisis 1997/98,” papar Nugroho.
“Sekarang kondisi psikologis pelaku pasar mungkin lebih tenang. Tetapi sekali lagi mengelola persepsi pelaku pasar tetap sesuatu yang penting,” lanjutnya.
Komunikasi pemerintah penting hindari kepanikan masyarakat
Meski begitu, Nugroho menekankan bahwa persepsi pelaku pasar tetap menjadi faktor penting yang harus pemerintah perhatikan.