“Kami kroscek dengan lurah setempat yang beberapa kali koordinasi dengan PDAM. Kuota dari pelanggan yang didapat belum memenuhi syarat, sehingga PDAM belum masuk,” jelasnya.
Pihaknya sudah berkomunikasi melalui tokoh masyarakat. Diakuinya, memang perlu memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat mengingat penyambungan PDAM membutuhkan biaya.
Dia pun sempat berpikir untuk menggunakan sumur bor agar wilayah Rowosari tidak terjadi kekeringan.
“Nampaknya ada tempat di sini yang tidak memenuhi kelayakan untuk artetis. Ada gasnya. Ada tempat-tempat yang tidak mememuni uji kelayakan air bersih,” ungkapnya.
Menurut Endro, kekeringan saat ini tidak lebih parah dari tahun lalu. Namun, ini masih awal musim kering. Puncaknya di prediksi pada pekan kedua September.
“Ini belum puncak, tapi memasuki masa darurat kekeringan,” katanya.
Warga Rowosari, Busro mengatakan, mendapat bantuan air bersih setiap tiga atau emapt hari. Bantuan itu untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan bersih-bersih lainnya. Sementara, untuk konsumsi minum, dia membeli air galon.
“Kalau tidak ada distribusi, kami ngangsu, kesulitan semua. Kekeringan di sini sudah lama,” ucapnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah