Dalam proses penanaman padi Biosalin, dilakukan dengan dua metode. Pertama adalah sistem semai, dan yang kedua adalah metode tanam langsung (Tabela) untuk memudahkan proses panen secara bersamaan.
“Nantinya, bulir padi ini akan di gunakan sebagai benih. Kami juga berkolaborasi dengan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro untuk melakukan penanaman percontohan serupa di Jepara dan Batang,” tambahnya.
Mbak Ita juga mengajak para petani untuk tidak hanya membudidayakan padi untuk konsumsi pribadi. Tetapi juga untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan benih.
Pemkot Semarang terus mendukung petani dengan memberikan bantuan alat sistem pertanian (alsintan). Seperti kultivator, serta menyiapkan saluran irigasi yang lebih baik.
“Kami juga menyediakan alat pencacah sampah yang dapat di olah menjadi bahan bakar untuk kultivator. Ini mengurangi beban biaya tenaga bagi petani saat mengolah tanah, terutama karena penanaman padi memerlukan modal yang cukup besar. Selain itu, kami akan memberikan geomembran untuk embung air saat musim kemarau. Sehingga petani tidak lagi kesulitan dalam hal pengairan sawah,” pungkasnya.
Dengan pengembangan padi Biosalin ini, Pemkot Semarang berharap dapat meningkatkan produktivitas pertanian serta kesejahteraan petani, khususnya di daerah pesisir. (*)
Editor: Elly Amaliyah