“Kalau kita logika ya, jamasan itu pembersihan aja. Terkait ritual sesajen itu juga terkait budaya dan tradisi. Sesajen itu kan sedekah bumi, itu minta sama Tuhan hanya saja dengan cara adat jawa,” lanjutnya.
Keris Miliki Nilai Artistik dan Penuh Sejarah
Sebagai seorang pecinta benda tradisional tersebut, Jatmiko lantas mengungkapkan bahwa apa yang membuatnya tertarik adalah keindahan pada keris. Ia menganggapnya seperti gambar, pamor, hingga sandangannya. Baginya, tosan aji bukan hanya benda mati, tetapi sesuatu yang memiliki nilai artistik dan sejarah yang luar biasa.
“Keris itu memiliki nilai seni, ada gambar dan pamornya, dan faktanya negara lain tidak memiliki hal serupa,” tegasnya.
BACA JUGA:Rekomendasi Wisata Terbaik di Sekitar Gunung Prau, Cocok Buat Healing!
Bersama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang dan Komunitas Pecinta Tosan Aji Semarang (Peta Semar), Jatmiko menegaskan prioritas utama mereka. Yakni, memberikan pemahaman yang benar mengenai keris dan tosan aji kepada generasi muda. Ia berharap agar anak-anak muda di Semarang dapat lebih memahami arti dari keris serta merasa bangga dengan warisan budaya tersebut.
“Cita-cita kita itu yang utama harus mengedukasi yang baik untuk anak muda di Semarang. Agar mereka tau senjata tradisional itu apa, tosan aji itu apa, nggak ada hal-hal mistis atau klenik lagi. Ayo kita nguri-uri budaya,” pungkasnya.(*)
Editor: Farah Nazila