“Dari Kota Semarang dan Jawa Tengah, kita gelorakan semangat perjuangan dalam rangka membangun Indonesia,” tutupnya.
Adapun rangkaian upacara peringatan tersebut berawal dari pembacaan nukilan sejarah Pertempuran Lima Hari Semarang. Sejarah singkat tersebut dibacakan oleh St Sukirno.
Sejarah singkat tersebut berisi tentang bagaimana masyarakat di Semarang waktu itu yang sedang merayakan kemerdekaan mendapatkan gangguan dari tentara Jepang. Hingga pecahlah pertempuran lima hari di Semarang pada 14-18 Oktober 1945.
Sejarah singkat tersebut juga tampil dalam sebuah pertunjukan kolosal oleh Teater Pitoelas Universitas 17 Agustus Semarang. Pertunjukan kolosal tersebut menjadi puncak dari rangkaian upacara peringatan Pertempuran Lima Hari Semarang. (*)
Editor: Andi Naga Wulan.