SEMARANG, beritajateng.tv – Sanggar Monod Laras adalah rumah bagi belasan anak yang aktif melestarikan seni budaya tradisional, khususnya dhalang dan karawitan.
Menggelar latihan setiap hari Minggu, puluhan siswa terlihat antusias berlatih pedhalangan dan karawitan di Lantai 2 Gedung Monod Diephuis, Jalan Kepodang, Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang.
Sanggar ini bertempat di Gedung Monod Diephuis sehingga mengambil nama gedung untuk menjadi identitas sanggar. “Kami memakai nama Monod Laras karena kami berlatih di Gedung Monod,” jelas Tjahjono Rahardjo, salah satu pamong atau pengajar Sanggar Monod Laras, hari Minggu, (16/04/2023).
Tjahjono menutukan, bahwa animo anak-anak di Kota Semarang untuk belajar wayang masih tinggi. Hal tersebut terlihat dengan ramainya siswa usia 8 – 15 tahun. Mayoritas siswa Sanggar Monod Laras sendiri memang berisi anak-anak usia setingkat SD hingga SMP.
Karena mayoritas siswa adalah anak-anak, Tjahjono menekankan pentingnya dukungan orang tua dalam keberlanjutan anak menekuni sanggar kesenian. Menurutnya, faktor orang tua adalah hal penting dalam upaya mengembangkan bakat anak.
“Persoalannya kalau anak-anak tidak mendapat dukungan orang tua itu tidak akan jadi. Orang tuanya kalo nggak mendukung, walau anaknya suka, ya tidak jadi,” tegas Tjahjono.
Sanggar Monod Laras: Wadah Seni Tradisional
Bentuk dukungan orang tua, salah satunya dapat terlihat ketika sanggar menggelar latihan akhir pekan kemarin.
Banyak orang tua siswa yang rela menemani dan menunggu proses latihan hingga menggelar alas duduk di luar ruangan. Proses latihan di Sanggar Monod Laras sendiri dapat berlangsung selama berjam-jam.