Hukum & Kriminal

Sebelum Bunuh Bayi, Brigadir Ade Sempat Kabur ke Purbalingga Dua Kali saat Tahu Kekasihnya Hamil

×

Sebelum Bunuh Bayi, Brigadir Ade Sempat Kabur ke Purbalingga Dua Kali saat Tahu Kekasihnya Hamil

Sebarkan artikel ini
brigadir ade kurniawan // sidang kasus pembunuhan bayi
Brigadir Ade Kurniawan saat menghadiri persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Semarang, Kota Semarang, Rabu, 13 Agustus 2025. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

Setelah NA lahir, keluarga besar kedua belah pihak pun sempat bertemu. Dina pun kukuh meminta Ade agar menikahinya. Tujuannya tak lain agar negara mengakui bayi mereka. Namun, kata Dina, Ade memilih untuk pikir-pikir dan tak kunjung menikahinya.

Bahkan, Dina sampai meminta nikah kontrak kepada Ade jika Ade tak serius ingin menjalani hidup dengannya.

“Tawaran yang Dina berikan adalah nikah dulu sama Dina, nikah kontrak, setelah itu kita cerai, biar status Dina jelas, anak Dina legal. Fokusnya ke anak Dina, kita nikah sebentar saja deh, habis itu terserah kamu mau nikah sama istri kamu atau gak,” beber Dina.

Dina temukan kejanggalan pada kesehatan dan fisik bayinya

Setelah NA lahir, Dina mulai menemukan kejanggalan pada kondisi kesehatan maupun fisik bayinya.

Saat ia menjalani wisuda Februari 2025 lalu, bayi NA sempat Dina titipkan ke Ade. Namun saat pulang dari wisuda, Dina malah menjumpai anaknya dalam keadaan kaki tremor dengan bekas cakaran di tangan.

BACA JUGA: Brigadir Ade Kurniawan Pembunuh Bayi Sendiri Resmi Jadi Tersangka, Terancam 15 Tahun Bui

Tak hanya itu, kata wanita tersebut, bayinya sempat mengalami demam hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit.

Setelah kejadian itu, ibu kandung Dina yang berprofesi sebagai seorang bidan dan kerap mengganti popok NA menyebut bayi NA mengalami hernia alias turun usus.

“Akhirnya kita ke rumah sakit lagi, dokter spesialis bedah anak bilang kalau gak karena traumatik, ya bawaan lahir. Tapi kalau bawaan lahir kenapa gak muncul di awal-awal lahir,” ucap dia.

Lantaran menderita hernia, bayi NA pun harus menjalani operasi.

Dapati kondisi bayi NA sudah tak bernyawa setelah Ade gendong

Tiba pada 2 Maret 2025, yang mana Ade dan Dina sempat keluar rumah membawa bayi NA untuk berkeliling. Dalam perjalanan, Dina mengaku singgah ke Pasar Peterongan untuk membeli sesuatu.

Setelah masuk ke dalam mobil usai berbelanja, Dina kaget mendapati bibir bayi NA berwarna biru.

“Sekitar 10 menit Dina balik ke mobil, posisinya bayi digendong dia, posisinya diselimutin. Dina duduk, dia bilang ‘ini anaknya tidur’, ngasih ke Dina. Sudah gendong, Dina buka selimutnya, kok biru bibirnya. Dina langsung ngepuk-puk, manggil namanya, tapi diam saja, Dina langsung teriak minta ke rumah sakit,” ujar Dina.

Karena panik, bayi NA yang dibawa ke IGD RS Roemani, yang merupakan RS terdekat dari Pasar Peterongan.

Ia menyebut, bayi NA juga sempat dibawa ke NICU, hingga akhirnya nyawanya tak tertolong.

Saat menunggu bayi NA di ruang NICU atau sebelum dinyatakan meninggal, Dina menyebut Ade terus mendoktrin dirinya bahwa jika nyawa NA hilang, hal itu merupakan kesalahan keduanya.

“Dari rumah sakit diagnosanya meninggal karena gagal napas. Terus Mama sampai RS, Mama bilang divisum dulu, karena gak terima cucunya gak ada secepat itu,” pungkasnya.

Tak jadi divisum, akhirnya bayi NA pun dikubur di kampung halaman Ade. Meski awalnya keluarga Ade mengaku malu harus mengubur bayi NA di Purbalingga.

BACA JUGA: Brigadir Ade Kurniawan Pembunuh Bayi Sendiri Resmi Jadi Tersangka, Terancam 15 Tahun Bui

Sebelumnya, ada laporan bahwa Brigadir Ade menganiaya bayi usia 2 bulan hingga meninggal. Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah hingga kini tengah menangani laporan tersebut.

Laporan tersebut menggunakan Pasal 80 ayat (3) UU RI nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak atau Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan atau Pasal 351 ayat (3) KUHP tentang Penganiayaan Berat.

Ade pun kemudian didakwa melanggar tiga pasal, yakni Pasal 80 ayat (3) dan (4) juncto Pasal 76C UU Perlindungan Anak, Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, dan Pasal 351 ayat (3) KUHP tentang penganiayaan yang mengakibatkan kematian. (*)

Editor: Farah Nazila

 

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan