SEMARANG, beritajateng.tv – Pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip), Wijayanto, menilai Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi tak perlu meniru gaya bermedia sosial ala Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi alias KDM.
Sebelumnya, warganet kerap membandingkan KDM dengan Ahmad Luthfi. Terlebih, Luthfi menolak ide “kirim ke barak” yang KDM gagas untuk mendidik anak-anak problematik.
Warganet membandingkan kinerja Mantan Kapolda Jawa Tengah itu dengan KDM langsung di kolom komentar media sosial resmi milik Ahmad Luthfi.
Salah satunya pada unggahan TikTok Ahmad Luthfi yang menghadiri persemian Program Layanan Dokter Spesialis Keliling (SPELING) belum lama ini.
“Tidak usah malu, Pak. Belajarlah dengan Dedi Mulyadi, belajar itu bagus,” tulis pengguna TikTok bernama Haris Yosodiningrat.
“Aku wong jowo suka cara KDM lebih ramah lebih dirasa di hati masyarakatnya, karena itu pakai ilmu rasa bukan yang lain,” tulis pengguna TikTok Muhammad Ali Wijaya9.
BACA JUGA: Tiru Gubernur Jabar KDM, Wali Kota Solo Respati Bakal Kirim Anak Nakal ke Barak Militer
Menanggapi itu, Wijayanto menilai Luthfi dan KDM memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Hal itu ia ungkap usai menghadiri diskusi publik “Evaluasi 100 Hari Kinerja Gubernur Jawa Tengah” di Ruang Sidang Senat Fisip Undip, Kota Semarang, Senin, 2 Juni 2025 sore.
Kata Wijayanto, gaya bermedia sosial maupun gebrakan kepemimpinan KDM juga memantik kontroversi di masyarakat maupun dunia maya.
“Saya pikir tidak perlu [Luthfi meniru KDM], karena beda tipe, beda gaya, dan beda konteks ya. Saya pikir KDM ini tentu saja ada banyak pujian, tapi ada banyak yang tidak setuju atau kontroversi,” tutur Wijayanto.
Wijayanto yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kerja Sama Undip itu meyakini Luthfi dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Gus Yasin punya gaya komunikasi yang lebih cocok mereka terapkan dengan masyarakat Jawa Tengah.
“Saya pikir Pemprov, gubernur, wagub, bisa punya gaya komunikasi beliau sendiri yang lebih njawani, lebih cocok dengan Jateng. Saya pikir Pak Luthfi dan Gus Yasin ini punya modal sangat baik untuk meningkatkan komunikasi yang lebih cocok dengan gaya Jateng,” tegas Wijayanto.
Wijayanto optimis jargon “Ngopeni Nglakoni” ala Luthfi bisa tandingi KDM
Dalam hematnya, jargon “Ngopeni Nglakoni” yang Luthfi-Yasin bawa sejak kampanye menjadi branding yang cukup bagus baginya.
“Pak Luthfi itu sudah punya branding yang sangat bagus, punya satu slogan yang sangat bisa membumi, yaitu Ngopeni Nglakoni,” ucap Wijayanto.
Kendati begitu, Wijayanto berpesan kepada Luthfi-Yasin untuk membuat konten media sosial yang mendalam dan mampu menjangkau generasi muda.
Ia pun menyarankan Luthi-Yasin untuk aktif di media sosial seperti TikTok hingga X atau Twitter.
“Yang mana Gen Z ada di sana, seperti TikTok, IG, X, dan konten audiensi visual itu saya pikir penting. Pembedanya bisa dengan konten menarik, tapi isinya mendalam,” ungkapnya.
“Kalau konten cepat-cepat itu kan dangkal, kalau konten itu bisa substansinya bagus dan kontennya menarik, saya pikir bisa jadi kombinasi yang bagus,” pungkas Wijayanto.
BACA JUGA: Aksi Damai, Driver Ojol Semarang Bawa Poster Minta Tolong KDM di Depan Kantor Ahmad Luthfi