“Wolbachia adalah bakteri alami yang juga bisa kita temui di beberapa serangga misalnya lalat buah. Sehingga ketika bakteri alami ini kita masukkan ke telur nyamuk Aedes aegypt itu mekanismenya adalah menghambat atau memblok perkembangan virus dengue sehingga ketika nyamuk menggigit manusia, virusnya tidak pindah ke manusia,” lanjutnya.
Efektif menurunkan demam berdarah di Sleman dan Bantul
Berdasarkan hasil penelitian di Yogyakarta, Prof Uut kembali menegaskan bahwa teknologi Wolbachia tidak berdampak negatif terhadap manusia maupun lingkungan. Bahkan, teknologi Wolbachia kemudian terbukti efektif menurunkan demam berdarah dengue di Sleman dan Bantul.
BACA JUGA: Penyebaran Nyamuk Wolbachia: Apakah Berbahaya?
“Wolbachia kalau ini di terapkan maka kita akan mempunyai intervensi kesehatan masyarakat yang berjangka panjang. Data bukti keberhasilan di 14 negara adalah, negara-negara yang menerapkan Wolbachia dengan metode replacement atau sama dengan Indonesia, menunjukkan penurunan kejadian DBD di banding sebelum pelepasan,” tegasnya.
Sementara itu, Dr Riris Andono Ahmad, BMedSc, MPH, PhD juga menyampaikan hal yang sama. Ia menyebut, banyaknya disinformasi terkait teknologi Wolbachia kemudian menimbulkan kekhawatiran berlebihan pada masyarakat.
Ia menyebut, penerapan teknologi Wolbachia tidak akan berlangsung di seluruh wilayah Indonesia. Maka dari itu, Kemenkes pun hanya menerapkannya pada pilot implementasi secara bertahap dengan kota-kota dengan kasus dengue tinggi dan kepadatannya tinggi.
“Tidak setiap rumah diberi, tetapi setiap 75 meter jika bersedia akan kita titipi ember yang berisi 150 hingga 200 telur nyamuk yang akan dilakukan pergantian selama 12 kali atau 6 bulan,” tutupnya.(*)
Editor: Farah Nazila