Kesehatan

Strategi PKBI Semarang Tekan Laju HIV dari Akar, Layanan Extra Time hingga Edukasi Hulu ke Hilir

×

Strategi PKBI Semarang Tekan Laju HIV dari Akar, Layanan Extra Time hingga Edukasi Hulu ke Hilir

Sebarkan artikel ini
PKBI Kota Semarang | HIV/AIDS Kabupaten Semarang
Ilustrasi HIV/AIDS. (Foto: Shutterstock)

“Semarang Utara, Semarang Barat, dan Tembalang adalah tiga besar dengan kasus tertinggi. Di sana banyak kos-kosan padat, mantan kawasan lokalisasi, hingga tempat hiburan tersembunyi. Tapi realitanya, itulah wajah kedua Semarang yang jarang terlihat di siang hari,” paparnya.

Setiap hari, tim lapangan PKBI melakukan pendekatan edukasi door-to-door, menyasar kos-kosan, pabrik, sekolah, bahkan titik-titik kumpul remaja. Mereka juga memberi pemahaman tentang risiko HIV bagi masyarakat umum, bukan hanya kelompok rentan.

“Edukasi dari hulu ke hilir. Bagi kami, remaja SMP dan SMA pun sudah harus tahu soal risiko dan cara pencegahannya. Harus ada regenerasi kesadaran,” tegas Afif.

Program pencegahan khusus untuk orang-orang yang berada dalam risiko penularan tinggi

Selain itu, program semacam point of care dilakukan setiap akhir pekan untuk membekali komunikasi efektif dalam mendampingi kelompok rentan.

PKBI juga memfasilitasi program PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis) yaitu obat pencegah HIV bagi orang-orang yang masih negatif namun berada dalam risiko tinggi. Obat ini, seperti ARV, masih pemerintah berikan gratis.

“Ibarat kontrasepsi, ini obat pencegahan. Misalnya istri dari suami yang sudah HIV-positif, agar tetap negatif bisa minum PrEP,” jelas Afif.

Meski layanan semakin lengkap dan jumlah temuan kasus di Semarang mengalami penurunan 10 hingga 20 persen daripada tahun lalu, Afif menyadari tantangan terbesar masih pada stigma.

BACA JUGA: Catatan Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Semarang 2024: Pasangan Homoseksual Lampaui Pekerja Seks

“Banyak yang takut identitasnya ketahuan. Stigma dan diskriminasi masih jadi tembok utama, apalagi untuk mereka yang tak sesuai norma sosial arus utama,” katanya.

Melalui pendekatan yang inklusif dan berbasis komunitas, PKBI membuktikan bahwa penanggulangan HIV tak bisa hanya mengandalkan institusi formal.

Butuh kehadiran langsung, pemahaman medan sosial, dan terutama keberanian untuk menembus zona-zona yang selama ini publik anggap “gelap”.

“Jika pemerintah dan masyarakat sipil bisa terus bersinergi, bukan tidak mungkin angka kasus HIV bisa ditekan lebih jauh, bahkan menuju nol,” pungkas Afif. (*)

Editor: Mu’ammar R. Qadafi

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan