“Saya melihatnya itu berpotensi menurunkan minat, khususnya yang dewasa. Anak-anak SMA kadang merasa sudah cukup dengan siaga dan penggalangnya, apalagi banyak pilihan ekstrakulikuler seperti basket, paskib pecinta alam, tari, dan sebagainya,” ucapnya.
Pramuka bukan sekedar tali temali dan bernyanyi
Hasan sendiri telah berkecimpung di dunia Pramuka sejak tahun 1997 silam. Menurutnya, Pramuka banyak menawarkan banyak keterampilan dan kecakapan bagi para anggotanya.
Nilai-nilai seperti iman, taqwa, cinta pada alam, disiplin, hemat adalah hal biasa yang Pramuka ajarkan. Selain itu, gerakan pendidikan non formal tersebut juga menempa karakter anggotanya agar lebih kuat dalam bertaham hidup.
“Saya merasa Pramuka menempa kita menjadi pribadi yang bermanfaat sebesar-besarnya pada diri, keluarga, lingkungan, lebih luas bangsa dan negara,” ungkapnya.
Ia pun berharap, meski Kemendikbud tak lagi mewajibkan siswa mengikuti ekstrakulikuler Pramuka, namun regenerasi Pramuka mulai dari tingkat siaga, penggalang, hingga penegak dapat berjalan dengan konsisten.
BACA JUGA: Peringati Hari Pramuka Nasional, SD Negeri Pekunden Ajak Murid Resapi Nilai-Nilai Dasa Dharma
Hal itu lantaran, kata Hasan, Pramuka memiliki 3 nilai utama bagi para anggotanya. Yaitu menjadi pribadi yang berkarakter, memiliki kecakapan hidup, dan tetap memiliki nilai-nilai kebangsaan.
“Pramuka di semua jenjang jangan sampai turun atau bergeser hanya karena ada Permendikbud terbaru, apalagi banyak yang menganggap Pramuka hanya tepuk-tepuk bernyanyi. Padahal di dalamnya kita menyisipkan 3 nilai utama itu,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila