SEMARANG, beritajateng.tv – Kecintaan Teguh Rahayu Slamet (46) dan anggota keluarganya terhadap kesenian tradisional kuda lumping seolah tidak pernah padam.
Selain dirinya dan sang istri, kecintaan terhadap kesenian kuda lumping tersebut juga temenurun kepada anak-anaknya, yang merupakan generasi Z.
Bukan hanya terlibat sebagai pemain, satu keluarga ini pun juga menekuni usaha kuda tiruan yang menjadi ikon kesenian tradisional kuda lumping tersebut.
Maka, tak berlebihan jika warga Dusun/Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang ini dijuluki sebagai ‘penjaga’ keberlanjutan seni kuda lumping.
Di temui di sela aktivitasnya, Teguh menuturkan, menekuni usaha kerajinan kuda tiruan tersebut, baginya menjadi usaha yang bisa ia andalkan untuk menghasilkan rupiah.
“Walaupun anak- anak sudah bekerja dan yang satu kuliah di Undip, mereka tetap membantu saya, di luar kegiatan utama masing-masing,” ungkapnya, Rabu 21 Mei 2025.
BACA JUGA: Kelompok Seni Kuda Lumping Tumbuh Subur di Kabupaten Semarang
Sebagai pelaku seni kuda lumping, awalnya Teguh hanya penasaran. Saat kuda tiruan kelompok keseniannya rusak, harus memesan lagi dari perajin di daerah lain.
Sehingga sejak tahun 1994, ia mencoba- coba untuk membuat sendiri kuda tiruan yang dibuat dari anyaman bambu tersebut, terbatas untuk kebutuhan kelompok seninya hingga tahun 2000-an.
“Ternyata kuda tiruan hasil buatan saya tersebut diterima serta bisa dimanfaatkan oleh kelompok seni kuda lumping yang ada di Desa Polobogo ini,” lanjutnya.
Ekor kuda asli
Sejak saat itulah, Teguh terus membuat semaligus menekuni ketrampilan tersebut sebagai usaha di rumahnya. Hingga kini karyanya semakin populer di kalangan pelaku seni kuda lumping lokal.
Bahkan kuda tiruan buatannya juga telah melang- lang buana hingga ke berbagai daerah di luar Jawa. Seperti pulau Kalimantan, Sumatera dan juga di Sulawesi.