Sebab, masing-masing keris memiliki tingkat kerusakan berbeda tergantung beberapa faktor, di antaranya usia, material, hingga cara penyimpanan.
“Pemilihan obat berpangkal pada tingkat kerusakaan keris itu. Jadi satu koleksi dengan koleksi yang lain belum tentu bahannya atau obat atau cairan pencuciannya sama,” imbuhnya.
BACA JUGA: Cegah Kerusakan Benda Purbakala, Begini Cara Museum Ranggawarsita Bersihkan Koleksi Secara Berkala
Proses pencucian keris di Museum Ranggawarsita tidak ada hubungannya dengan klenik
Nurodho menjelaskan, seluruh koleksi keris yang ada di Museum Ranggawarsita memang istimewa. Apalagi, sebelum masuk menjadi koleksi di museum telah melewati proses seleksi yang ketat.
Meski begitu, masing-masing keris mendapat perawatan yang sama. Ia juga menegaskan, bahwa prosesi pencucian keris tidak memiliki hubungan dengan sesuatu hal yang mistis.
“Bukan klenik, museum tentu sudah berpikirnya untuk kepentingan nasional, memakai pemahaman yang bisa masyarakat terima dan bisa masuk penjelasan ilmiah,” tegas Nurodho.
BACA JUGA: Pameran Kolaborasi 33 Museum Tarik Minat 5.000 Pengunjung
Kendati keris-keris tersebut berusia tua dengan sejarah yang panjang, Nurodho tidak lantas memberikan perlakuan spesial tertentu. Ketika ia rasa memerlukan perawatan, pihaknya akan segera melakukan perawatan untuk menjaga keris.
“Kami tidak menunggu bulan karena kami berdasarkan ilmiah. Bukan berdasarkan yang lain, tidak Satu Suro atau apa gitu. Ketika keris perlu perawatan berdasarkan observasi, kami tarik dari ruang pameran, kami lakukan perawatan, kami tidak menunggu waktu-waktu tertentu,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi