PURWOREJO, 10/2 (beritajateng.tv) – Komisi III DPR RI turun ke Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Kamis (10/2/2022). Mereka menemui warga yang pro maupun kontra dengan penambangan quarry. Pertemuan dilakukan terpisah.
Rombongan Komisi III DPR RI dipimpin Desmond Junaidi Mahesa (Gerindra) dengan anggota, Arsul Sani (PPP), Hinca Panjaitan (PD), Irjen Pol (Purn) H Safaruddin (PDIP), Gilang Dhiela Fararez (PDIP), Nasir Jamil (PKS), Taufik Basari (Nasdem), Obon Tabroni (Gerindra) dan Supriansyah (Golkar).
Dalam dialog dengan warga pro quarry di Masjid Al Hidayah Wadas, Desmond mengatakan bahwa, warga berhak menolak tanahnya dijadikan lokasi quarry.
“Kami tidak bisa hanya membaca di medsos, kami ingin melihat langsung. Tanah disini tidak terdampak langsung bendungan, hanya diambil materialnya berupa batu andesit. Yang kami dengar, kenapa tanahnya juga ikut diukur? Mengapa tidak dibeli saja batunya,” kata Desmond.
Dia juga mempertanyakan, apakah warga tahu setelah diambil batunya, tanahnya akan dibuat apa.
Perwakilan warga pro quarry, Sabar menjawab, mengenai harga sebenarnya sudah tahu tapi menunggu hasil musyawarah. Tanaman tumbuh di atasnya pun akan dihitung.
“Mengapa tanahnya ikut diukur? Ya karena batunya kan ada dalam tanah. Setelah diambil batunya, nanti akan dibuatkan tempat wisata yang pengelolaannya akan diserahkan pada warga,” jawab Sabar.
Sabar menambahkan bahwa, jika yang menolak punya hak, yang pro pun juga punya hak.
“Kami juga minta dihargai, saat ini kami seolah-olah diadu domba. Warga menjadi pecah, saya yakin ada pihak ketiga. Tolong kami yang menerima (pro quarry), minta tolong, diberi hak melepas tanah kami. Kami tidak pernah mengintimidasi mereka. Teror fisik tidak ada. Yang terjadi di Wadas adalah masalah sosial,” kata Sabar.
Usai bertemu warga yang pro quarry, rombongan Komisi III mendatangi warga kontra quarry yang sedang membuat kerajinan besek. Komisi III meminta keterangan dari Ahmad Ardiyanto yang ikut diamankan polisi saat ricuh Selasa (8/2/2022) lalu.
“Saya tidak ngapa-ngapain, waktu ditangkap saya sedang duduk di masjid. Tahu-tahu saya ditangkap, saya dipukul, diborgol oleh orang berpakaian preman tapi bawa borgol,” jelas Ahmad.
Sementara itu, Ponisih, warga Dusun Winongsari, Desa Wadas menjelaskan bahwa, yang menolak quarry ada 300 orang lebih.
“Yang setuju itu malah pada nggak punya tanah, Pak Kades, Pak Bekel mereka tidak punya. Kami memang sering mujahadah di masjid, sebagai upaya agar quarry tidak di Wadas,” lanjut pengrajin besek ini.
Ditambahkan, ada desa yang bersedia dijadikan quarry dengan batuan yang sama.
“Katanya ada yang boleh (dijadikan quarry) di daerah Banyuasin (Kecamatan Loano) kenapa ngotot harus di Wadas,” tanya Ponisih.
Usai berdialog dengan warga, Desmon menyampaikan akan melibatkan LPSK untuk melindungi warga yang pro maupun kontra quarry. (RI)