SEMARANG, beritajateng.tv – Hari Raya Idul Fitri 1444 H telah memicu peningkatan konsumsi masyarakat Indonesia. Setelah tiga tahun sebelumnya perayaan Lebaran terhalang pandemi Covid-19, pada Lebaran tahun 2023 ini masyarakat menjadi lebih antusias dalam mempersiapkan segala keperluan Lebaran.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) telah menyebut bahwa puncak peredaran uang terjadi pada saat momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2023. Bahkan, BI telah menyiapkan uang tunai sebesar Rp 195 triliun selama periode 27 Maret hingga 20 April 2023 lalu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama Ramadhan dan Idul Fitri.
BACA JUGA: Lebaran Ketupat: Fenomena Budaya dalam Mempertahankan Solidaritas Sosial
Tingginya perilaku konsumtif masyarakat selama Ramadhan dan Lebaran membuat Sosiolog Universitas Negeri Semarang (Unnes), Fulia Aji Gustaman angkat bicara. Ia menilai, hal tersebut dapat terjadi karena masyarakat menganggap Lebaran sebagai sesuatu yang besar dan perlu merayakannya.
“Lebaran itu sesuatu yang besar dan penuh makna bagi masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat menunggu momen itu, yang kemudian menjadi media untuk berekspresi, menjalin komunikasi, dan interaksi. Dalam rangka menyiapkan itu tidak lepas dari budaya masyarakat Indonesia itu sendiri,” jelasnya kepada beritajateng.tv, Kamis 27 April 2023.
BACA JUGA: Video Libur Lebaran, Ribuan Wisatawan Padati Kota Lama Semarang
Lebaran Picu Masyarakat Berlaku Konsumtif
Menurut Aji, dalam menyambut hari besar, masyarakat akan berusaha memenuhi apa saja yang sekiranya mereka perlukan. Hal tersebut yang kemudian mendorong masyarakat berperilaku konsumtif seperti membeli pakaian baru, perhiasan, makanan, dan lainnya.