Dulu saya hanya memberi pesan agar konsisten berproduksi. Ada istilah content is a king. Dari awalnya iseng, kini rata-rata produksi bisa mencapai 12 video per hari.
Selain itu, meski kontennya serius, kemasannya harus ringan, jangan terlalu berat. Sebagian besar orang menikmati medsos untuk hiburan setelah lelah beraktivitas. Jika di medsos masih diberi konten yang berat, mereka bakal langsung skip video.
TikTok pengaruhi preferensi pemilih
Pada praktiknya video-video tersebut tak selalu bisa di create agar viral atau FYP. Konten yang menurut kami menarik dan butuh effort tinggi ternyata viewer nya sedikit. Sebaliknya, video yang admin upload tanpa ekspektasi apapun, jumlah penontonnya ternyata tinggi.
Lalu, mengapa TikTok yang paling perform? Analisa kami, karena aplikasi video pendek ini memilki karakter tersendiri yang unik. Pernah saya suatu kali bertanya ke Owner Brand Marimas, Harjanto Halim soal alasan ia gemar membuat konten TikTok. Tokoh Tionghoa Semarang tersebut menjawab, meski lekat dengan image negatif dan pargoy, sebenarnya konten TikTok sangatlah beragam.
“Banyak lho konten-konten berupa tips yang berguna. Misalnya cara renovasi kamar mandi dengan budget satu jutaan,” kata Harjanto Halim waktu itu.
BACA JUGA: Lama Pensiun, Ini Kisah Mbah Melan Ajar Matematika via Live TikTok, Per Bulan dapat 10-11 Juta!
Sudah beberapa tahun ini TikTok menjadin semacam search engine bagi anak muda. Gen Z tak lagi mencari referensi lewat Google. Mereka banyak mendapatkan rekomendasi tempat wisata, kuliner, maupun tips traveling dari TikTok.
Algoritma TikTok bekerja berdasarkan content graph, bukan berdasar followers graph seperti medsos lainnya. Sebuah konten akan masuk ke penayangan pengguna yang memiliki minat terhadap konten tersebut.
Kekuatan TikTok juga terasa saat mampu mempengaruhi preferensi pemilih pada Pilpres 2024 lalu. Video-video soal Pilpres pada akun beritajateng.tv hampir semuanya memiliki penonton tinggi. Kolom komentar juga ramai oleh netizen yang pro dan kontra. Tren ini berlanjut ke video-video liputan proses Pilkada 2024.
Dampak terus naiknya jumlah followers TikTok adalah banyak netizen yang merespon lewat DM. Ada yang protes atas konten video, narasumber yang minta kami liput, hingga bertanya kelanjutan sebuah peristiwa. Yang jelas, menjadi PR kami ke depan bagaimana jumlah followers yang lumayan besar ini berdampak ke media online beritajateng.tv.
Lika-liku TikTok beritajateng.tv tembus 100K Followers
Jika boleh bercerita, banyak lika-liku yang kami hadapi dalam perjalanan TikTok beritajateng.tv menuju 100K followers. Mungkin tak banyak yang tahu akun beritajateng.tv sempat beberapa kali kena blokir karena TikTok anggap melanggar panduan komunitas. Beruntung banding yang kami lakukan bisa diterima meski sempat vakum berproduksi sementara waktu.
Dinda, reporter politik beritajateng.tv juga kerap protes saat video kami dicomot akun lain. Saya hanya bilang soal comot-mencomot menjadi risiko karena belum ada aturan pasti di dunia maya. Daripada marah-marah, mendingan energinya untuk terus memproduksi konten. Pada akhirnya kami memilih memberi watermark pada video.
TikTok beritajateng.tv juga pernah menggunakan presenter Artificial Intellegence (AI) untuk membacakan narasi berita. Namun hasilnya terasa kurang natural. Gerakannya patah-patah.
Akhirnya kami menggunakan host betulan dengan menyelipkan nomor kontak bagi yang ingin memasang iklan. Hasilnya, banyak yang iseng DM, alih-alih mau pasang iklan, malah mengajak kenalan…
Meski sedikit berbangga, tentu kami tak lantas berpuas diri. Kami meyakini, jika konsisten, akan ada tambahan 100K lagi dan lagi. Hingga tulisan ini saya buat, jumlah followers naik menjadi 106.5K dengan 9,3 juta likes.
Saya pun langsung mengiyakan saat teman-teman redaksi menodong syukuran dengan makan All You Can Eat (AYCE). Sekedar merayakan capaian dari media lokal yang baru berusia 3 tahun ini (kami sering menyebutnya media UMKM). (*)
Ricky Fitriyanto
Pemimpin Redaksi beritajateng.tv