SEMARANG, 6/10 (beritajateng.tv) – Pariwisata merupakan sektor yang paling terdampak selama dua tahun pandemi Covid-19 lalu. Pembatasan mobilitas masyarakat dan ditutupnya destinasi wisata membuat sektor ini babak belur. Kini setelah pandemi mereda, muncul fenomena revenge tourism atau balas dendam berwisata di kalangan masyarakat. Fenomena ini perlu ditangkap para pelaku wisata untuk gencar berpromosi.
Hal tersebut mengemuka dalam Sosialisasi Non Perda “Strategi Membangun Desa Wisata di Era Digital” yang digelar di aula Kantor Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Kamis (6/10/2022).
Ketua DPRD Jateng Bambang Kusriyanto yang hadir secara virtual mengatakan, sektor pariwisata yang mulai menggeliat perlu ditangkap para pengelola desa wisata. “Ini saatnya desa wisata bangkit kembali setelah terpuruk akibat pandemi,” kata politisi PDI Perjuangan itu.

Dia berharap pengelola desa wisata kembali berpromosi lewat media sosial. Caranya dengan membuat konten yang menarik pengunjung untuk datang. “Daya tarik desa wisata ini kan banyak sekali. Tak hanya keindahan alam, tapi juga kearifan lokal dan kuliner,” katanya.
Camat Bancak, Sugeng mengungkapkan, di wilayahnya terdapat dua desa wisata. Yaitu Desa Wonokerto, dan Desa Plumutan. Dia berharap Karang Taruna setempat membantu mempromosikan desa wisata karena anak muda memiliki potensi di bidang teknologi.
Menurut Sugeng, desa wisata memiliki sejumlah karakteristik. Yaitu aksesbilitasnya baik sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan berbagai jenis transportasi, dan memiliki objek menarik berupa alam, seni, budaya, legenda, serta makanan lokal. Dia menambahkan, masyarakat dan aparat desa hendaknya memberikan dukungan tinggi terhadap desa wisata.
“Di desa wisata juga idealnya tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai. Pengelola desa wisata juga perlu berhubungan dengan objek wisata lain yang sudah dikenal luas,” katanya dalam acara yang dimoderatori Ricky Fitriyanto tersebut.
Dikatakannya, ada beberapa syarat yang dibutuhkan agar desa wisata dapat dikembangkan. Yaitu pengalaman asli atau otentik yang ditawarkan pada wisatawan, adat istiadat dan seni budaya, masyarakat terlibat aktif, serta SDM yang kompeten.