“Hasil jawabannya mengejutkan. Dia (warga/responden) bilang begini, ‘Semua pemimpin kita menjanjikan kita lebih sejahtera. Gimana mereka mau membuat kita sejahtera, kalau mereka saja gak sejahtera?” bebernya.
Kata Hendri, warga atau responden dalam diskusi itu tak terlalu memedulikan cara pemimpin mereka dalam menyejahterakan rakyat.
“Respons mereka, ‘Itu kan urusan dia, tapi kalau mereka sejahtera itu lebih mudah membuat kami sejahtera, ketimbang mereka saja gak sejahtera’,” sambung Hendri.
Baginya, mengembalikan idealisme warga untuk menggunakan hak pilih tanpa melibatkan politik uang sangat susah.
“Karena dengan hadiah yang diimingi-imingi ini dan kesejahteraan ekonomi jangka pendek, rakyat akan kembali terjebak dengan hal-hal bersifat pendek tadi,” paparnya.
Mbak Ita masih berpotensi maju Pilwalkot, Hendri contohkan Irman Gusman
Dalam kesempatan itu, ia mencontohkan Mantan Ketua DPD RI, Irman Gusman yang pernah tersandung kasus korupsi.
Hendri menyebut, pemungutan suara ulang (PSU) untuk DPD RI terjadi di Sumatera Barat, lantaran MK meloloskan Irman.
“Kemarin ada PSU DPD Sumbar, Irman Gusman kan tadinya narapidana korupsi, lolos lagi tuh. Dia sendiri protes, ‘kenapa saya ga diloloskan kemarin sebagai peserta’,” ungkapnya.
BACA JUGA: Periksa Mbak Ita, KPK Geledah Kantor di Balaikota Semarang, Dugaan Kasus Gratifikasi Proyek Pemkot
Menurutnya, terpilihnya Irman Gusman dan potensi bagi Mbak Ita tetap mendapat simpati rakyat tak lepas dari sifat warga Indonesia.
“Begitu lah rakyat kita, mudah memaafkan, mudah melupakan, suka nostalgia,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila