Menurut Zainal Arifin Mochtar, salah satu entitas yang memegang kendali menjalankan rencana yang telah tersusun tersebut. Identitas entitas tersebut adalah pihak yang saat itu berada di puncak kekuasaan, memiliki kemampuan untuk mengarahkan aparat dan mengontrol alokasi anggaran.
Menurut Bivitri Susanti, desain kecurangan dalam Pemilu 2024 sebenarnya bukanlah rencana yang luar biasa. Hal ini karena skenario serupa telah terjadi oleh rezim-rezim sebelumnya di banyak negara.
Film Menjelang Pemilu 2024
BACA JUGA: Benarkah Zainal Arifin Mochtar Kerabat Mahfud MD? Ternyata Pernah Satu Atap di Institusi Ini
Ia menekankan bahwa untuk merancang dan menjalankannya, tidak perlu kecerdasan atau keahlian khusus, melainkan hanya mental yang culas dan memiliki rasa malu. Sebagai seorang dosen di Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera, Bivitri Susanti menegaskan bahwa Pemilu 2024 tidak dapat kita anggap remeh.
Masyarakat perlu menyadari bahwa terjadi kecurangan yang luar biasa dalam pemilu tersebut. Film ini hadir dengan menggambarkan bagaimana para politisi memanipulasi rakyat demi kepentingan pribadi mereka.
Film Dirty Vote juga menyoroti berbagai tindakan kecurangan yang terang-terangan dan publik mengetahui, namun tidak pernah mendapat tindakan. Penyalahgunaan kekuasaan yang terlihat jelas demi memenangkan pemilu malah merusak fondasi demokrasi.
Termasuk fokus pada kekuatan besar di balik pasangan calon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming sebagai pihak yang paling banyak terlibat dalam kecurangan. Tiga narasumber dalam video tersebut menyampaikan data grafik mengenai kecurangan dalam Pemilu 2024.
Demikianlah sinopsis dari film Dirty Vote yang rilis menjelang Pemilu 2024 tepat pada 11 Februari. (*)