SEMARANG, beritajateng.tv – Hari Raya Idulfitri telah usai, namun ternyata masyarakat di beberapa daerah masih memiliki tradisi Lebaran yang khas, yakni Lebaran Ketupat.
Lebaran Ketupat merupakan tradisi yang pelaksanaannya seminggu setelah Idulfitri, bertepatan pada 8 Syawal sebagai penanda berakhirnya Idulfitri. Tahun ini, Lebaran Ketupat 1445 Hijriah akan jatuh pada Rabu, 17 April 2024.
Setiap daerah memiliki sebutan khusus untuk Lebaran Ketupat ini, namun maknanya secara umum tetap sama. Lalu, apa sejarah di balik Lebaran Ketupat ini?
BACA JUGA: Lebaran Ketupat: Fenomena Budaya dalam Mempertahankan Solidaritas Sosial
Ketupat sendiri telah menjadi makanan populer di kalangan masyarakat sejak abad ke-18 Masehi. Lebaran Ketupat masyarakat yakini telah ada sejak zaman dahulu, seiring dengan penyebaran agama Islam di Jawa.
Dalam catatan sejarah, muncul anggapan bahwa Sunan Kalijaga merupakan tokoh yang memperkenalkan Lebaran Ketupat. Ia memperkenalkan dua perayaan, yaitu bakda Lebaran (Idulfitri) dan bakda kupat (Lebaran Ketupat).
Lebaran Ketupat juga sering disebut sebagai Syawalan, sebuah tradisi yang menunjukkan semangat kebersamaan dan dikenal juga dengan sebutan “Kenduri Ketupat”.
Tradisi Lebaran Ketupat tidak hanya di Pulau Jawa
Dahulu, pada zaman Wali Songo, pelaksanaan Lebaran Ketupat lazimnya dengan cara slametan. Selain sebagai waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat, tradisi ini juga menjadi sarana untuk mengajarkan nilai-nilai Islam tentang syukur, sedekah, dan silaturahmi pada hari Lebaran.
