SEMARANG, beritajateng.tv – Ketua Juniors Doctors Network (JDN) dr Tommy Dharmawan mengungkap alasan mengapa praktik bullying atau perundungan dokter bisa terjadi pada lingkungan pendidikan dokter. Menurutnya, salah satu faktor utama adalah karena para dokter peserta Pendidikan Dokter Spesialis sebagian besar tidak menerima gaji.
“Masalah bullying terjadi karena hulunya residen tidak mendapat gaji. Padahal mereka sudah menjadi dokter, bekerja di rumah sakit, tetapi tidak mendapatkan gaji yang layak sebagai manusia,” jelas dr Tommy dalam konferensi pers online soal perundungan dokter, Sabtu, 22 Juli 2023.
BACA JUGA: Ramai Bullying di Lingkungan Pendidikan Dokter, Ini Jawaban IDI
Lebih lanjut, dr Tommy menjelaskan bahwa umur para calon dokter spesialis berkisar antara 25 – 36 tahun. Oleh karenanya, gaji menjadi masalah serius karena kebanyakan calon dokter spesialis telah menikah dan berkeluarga.
Senada dengan dr Tommy, Ketua Umum IDI dr. Adib juga mengungkap bahwa kebanyakan dokter residen tidak mendapatkan gaji. Padahal, dalam UU Dikdok 2013 tertulis bahwa pemerintah harus memberikan intensif kepada dokter residen karena mereka telah melayani masyarakat.
“Pemerintah harus membayar Pendidikan Dokter Spesialis, tapi sampai sekarang nggak ada gaji untuk dokter ini. Beberapa juga tak sampai UMR, bagaimana kita bisa menekan pembiayaan Pendidikan Spesialis, kalau perlu gratis dari pemerintah, sehingga tidak ada lagi pembebanan biaya,” kata dr Adib.
Perundungan dokter perlu definisi jelas
Selain itu, dr Tommy juga menyoroti perlunya definisi yang jelas berkaitan perundungan pada lingkungan dokter. Ia pun menyayangkan beberapa kali viralnya tugas akademik yang kemudian masyarakat menganggapnya sebagai perundungan senior.