Scroll Untuk Baca Artikel
Politik

Jelang Debat Ke-5, Deputi Inklusi TPN Ganjar-Mahfud Soroti Isu Perempuan, Disabilitas dan Anak

×

Jelang Debat Ke-5, Deputi Inklusi TPN Ganjar-Mahfud Soroti Isu Perempuan, Disabilitas dan Anak

Sebarkan artikel ini
ganjar
Cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo menghadiri acara Hajatan Rakyat Tuban di Lapangan Watu Gajah, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Jumat (2/2/2024). (Antara)

JAKARTA, beritajateng.tv – Deputi Inklusi Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Jaleswari Pramodhawardani berbagi pendapat soal keberpihakan pasangan calon (paslon) nomor urut 3 terkait inklusi.

Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo dipastikan akan hadir dalam debat kelima Pilpres 2024, yang akan mengangkat tema kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

“Masyarakat sudah tahu, Mas Ganjar dan Prof Mahfud berpihak pada rakyat. Tapi saya perlu menyampaikan juga ada perhatian khusus terhadap perempuan, disabilitas, dan anak,” kata Jaleswari.

BACA JUGA: TKN Sebut Presiden Amerika Wajar Kampanye, TPN Ganjar-Mahfud: Di Sini ‘Obama’ Tiba-tiba Dukung ‘Trump’

“Salah satu buktinya adalah, hanya TPN yang memiliki tim khusus (kedeputian) yang mengawal soal inklusivitas. Silakan cek tim sukses paslon lainnya,” lanjutnya.
Jaleswari yang baru-baru ini mundur dari jabatannya sebagai Deputi Kantor Staf Presiden menjelaskan bahwa perhatian khusus itu berdasar pada masalah yang masih masyarakat hadapi sampai hari ini.

Program Ganjar-Mahfud terkait perempuan, disabilitas, dan anak

Menurutnya, perempuan Indonesia masih mengalami diskriminasi, bias norma gender masih mengakar kuat. Selain itu, tren kekerasan berbasis gender terus meningkat, terdapat 339.782 aduan kasus pada 2022.

Keterlibatan perempuan di parlemen per tahun 2022 juga baru mencapai 21,74%. Soal disabilitas, Jaleswari mengatakan bahwa partisipasi angkatan kerja disabilitas masih sangat rendah karena adanya stereotip dan stigma terhadap disabilitas.

Tinggalkan Balasan