Hingga saat ini, Prakerja telah diimplementasikan di 514 kabupaten/kota dan ditargetkan mencapai 1 juta peserta dengan total anggaran sebesar Rp4,37 triliun.
Dengan diterapkannya skema normal, jumlah penerima Prakerja pada tahun ini mencapai 490 ribu peserta dengan target awal sebesar 595 ribu peserta melalui anggaran Rp2,67 triliun.
Untuk keseluruhan tahun 2023, program ini ditargetkan mencapai 1 juta peserta dengan total anggaran Rp4,37 triliun.
Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja menyadari bahwa program ini tidak hanya meningkatkan peluang kerja masyarakat, tetapi juga memiliki potensi besar untuk mengurangi kesenjangan keterampilan antara laki-laki dan perempuan dalam konteks profesional.
Proporsi Peserta Perempuan Lebih Banyak
Pada tahun 2023, proporsi peserta perempuan dalam program Prakerja mencapai 54 persen. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 6 persen daripada periode 2020-2022 yang hanya mencapai 51 persen.
Selain itu, mayoritas peserta berusia antara 18 hingga 25 tahun, mencapai 36 persen, pesertanya yakni kelompok usia 26 hingga 35 tahun sebesar 33 persen. Perbandingan ini berbeda dengan periode Prakerja 2020-2022 yang mayoritas ialah kelompok usia 26 hingga 35 tahun sebesar 34 persen.
Saat ini, skema normal memberikan kesempatan kepada generasi muda, yaitu Gen Z dan Millennial, untuk berpartisipasi lebih banyak, sementara peserta usia tua lebih sedikit. Untuk pendidikan, proporsi peserta dengan pendidikan di atas SMA meningkat.
Namun, program Prakerja juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah penyalahgunaan program oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, seperti joki tes Prakerja. Pemerintah berupaya meminimalisir kemungkinan penyalahgunaan tersebut dengan menggunakan teknologi pengenalan wajah dan kode otorisasi melalui nomor telepon peserta.
Selain itu, keterbatasan akses digital di beberapa daerah di wilayah Papua juga menjadi tantangan bagi program Prakerja. Namun, Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja berusaha mengatasi masalah ini dengan memanfaatkan jejaring alumni Prakerja yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Para alumni tersebut turut membantu menjangkau daerah-daerah terpencil yang masih memiliki keterbatasan akses digital. Pemerintah berkomitmen untuk terus memperluas dan meningkatkan program Prakerja agar dapat memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat.
BACA JUGA: Tiga Tahun Program Berjalan, Menko Perekonomian Harapkan Kartu Prakerja Hasilkan Pengusaha Tangguh
Skema Normal Semakin Efektif
Diskusi dengan para alumni Prakerja menunjukkan bahwa Skema Normal pada program ini tahun ini lebih efektif daripada tahun sebelumnya. Dengan adanya pelatihan offline atau tatap muka, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif dan efektif.
Salah satu alumni, Amin, merupakan pedagang cakwe dan alumni Prakerja tahun 2020. Ia menyatakan bahwa peserta saat ini lebih mudah dengan adanya skema tatap muka dalam pembelajaran Prakerja. Hal ini berbeda dengan masa pandemi COVID-19 ketika pembelajaran berlangsung secara daring.
Menko Airlangga memastikan kepada para alumni bahwa program Kartu Prakerja akan terus berlanjut. Program ini terus pihaknya kembangkan, termasuk melalui skill week yang dapat para alumni ikuti untuk terus mengembangkan ilmu dan keterampilan mereka.
Produktivitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting dalam menghadapi bonus demografi di Indonesia. Program Kartu Prakerja merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas tersebut.
Menko Airlangga optimis dengan program ini. Hal itu karena Kartu Prakerja merupakan program bantuan sosial yang pertama kali menggabungkan skema pendidikan dan pelatihan. Program ini juga merupakan contoh e-government pertama di Indonesia dan menjadi benchmark untuk pelayanan publik lainnya.
Program Kartu Prakerja bukan hanya bantuan dari Pemerintah kepada masyarakat, tetapi juga layanan pertama yang langsung menyentuh kehidupan warga Indonesia. Pemerintah akan terus berupaya mengembangkan program ini guna memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat. (ant)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi