Jumlah UMKM di Kabupaten Semarang sendiri mencapai sekitar 84 ribu. Sebagian besar dari pelaku UMKM tersebut cukup terpukul dengan dampak pandemi Covid-19 lalu. Kini, para pelaku UMKM masih dalam tahap recovery dari dampak pandemi Covid-19.
Bambang Kribo menyarankan pelaku UMKM mencari modal dengan memanfaatkan pinjaman lunak dari perbankan atau koperasi. Tentu dengan memenuhi sejumlah persyaratan yang ditentukan. Hanya saja, saat hendak mencari pinjaman, mereka kerap terkendala tidak adanya agunan, terutama bagi perempuan yang menjadi pengelola UMKM.
“Pihak perbankan sering memandang perempuan kurang punya kredibilitas. Umumnya jaminan yang bisa dijadikan syarat meminjam masih atas nama suami,” katanya.
Dia berharap pemerintah lebih intensif memberikan pendampingan bagi para pelaku UMKM. Diantaranya dengan memberikan pelatihan pembuatan kemasan hingga menggelar pameran untuk mempertemukan para pelaku UMKM dengan buyer.
Selain itu, para pelaku UMKM didorong memanfaatkan pemasaran secara digital agar usahanya bisa tambah berkembang dan maju. Sebab, media sosial bisa digunakan sebagai sarana pemasaran produk secara online.
“Saat ini hampir semua orang memiliki ponsel. Sarana tersebut bisa dimanfaatkan masyarakat untuk belajar dan menjalankan usaha. Lebih dari itu, kecanggihan teknologi bisa dimanfaatkan untuk pemasaran sehingga jangkauannya semakin luas,” jelasnya. (adv)
editor: ricky fitriyanto