Lanjutnya, jika pembuatan dalam negeri sangat murah dan terjangkau maka biaya kesehatan menjadi lebih rendah. Sehingga mampu bermanfaat bagi masyarakat dan akan di beli oleh rumah sakit-rumah sakit di Indonesia.
Selain itu, Local Production Conference ini mampu menurunkan konsumsi alat kesehatan dan farmasi secara import.
“Kita dalam E Katalog mengupayakan ada penganggaran besar-besaran APBN di sana untuk produk TKDNnya yang sangat tinggi. Sehingga kepentingan import dapat kita kurangi kedepannya,” tuturnya saat hadir membuka Local Production Conference di Semarang.
Dorong Alkes dan farmasi lokal Indonesia
Sementara itu, Roy Himawan Direktur Ketahanan Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes RI menambahkan bahwa konsumsi Alkes dan farmasi produk lokal Indonesia sejak tahun 2020 hingga 2023 telah meningkat. Mencapai 48 persen, di mana sebelumnya hanya tumbuh sekitar 12 persen karena masih banyak import.
“Acara hari ini melibatkan 77 industri alat kesehatan dan 21 Industri farmasi. Dan saat ini produk lokal alat kesehatan dan farmasi sudah dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan kita juga sudah ekspor. Sehingga kita sudah tidak ketergantungan impor. Dengan hasil sejak awal 2020 kita sampaikan memang banyak import karena kebutuhan hingga mencapai 88 persen. Sekarang kondisi kita turunkan, kita subtitusi impor dan kita bangun didalam negeri. Sehingga pada tahun ini produk alat kesehatan dan farmasi kita sudah mencapai 48 persen empat kali lipat transaksinya yang awal hanya 12 persen,” jelasnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah