Saat itu, timnya sepakat mengusulkan desain kota dengan konsep konservasi lahan hutan Kalimantan. Penekanan konsepnya, kata Ardiyanto, ibu kota harus memperkecil risiko lingkungan. Selain itu, penggunaan bangunan yang ramah lingkungan dan penggunaan waduk atau bendungan sebagai sumber air.
“Penyediaan waduk untuk kota dan semua bangunan harus panggung. Dari posisi sekarang setelah direalisasikan, konsep saya diterapkan yaitu penyediaan waduk. Walau bukan juara 1 tapi konsep-konsep terpakai juga secara tidak langsung,” imbuhnya.
Tetap terlibat pada perencanaan IKN
Tak berhenti di situ, Ardiyanto dan tim ternyata masih dilibatkan pada perencanaan kota di Kalimantan Timur tersebut hingga 2 tahun setelahnya. Juga bersama dengan tim yang berhasil menyabet 3 besar.
Hal tersebut lantaran beberapa usulan desain yang akhirnya direalisasaikan ke dalam perencanaan IKN tidak semua berasal dari sang juara satu.
“Saat tahun pertama setelah saya mendesain kawasan inti pusat pemerintahan, tahun berikutnya saya mendesain kawasan perumahan barat, kawasan ASN sekitar 40 rusun dengan luas sekitar 90 hektar,” kenangnya.
Adapun saat ini, perkembangan IKN telah memasuki tahap pembangunan fisik. Tugas Ardiyanto sebagai arsitek dalam merancang kota tersebut pun telah selesai. Ia berharap, IKN dapat menjadi ibu kota baru yang modern, humanis, dan berkelanjutan.(*)
Editor: Farah Nazila