SEMARANG, beritajateng.tv – Beberapa hari terakhir, hujan dengan intensitas ringan turun secara berkala di beberapa wilayah di Kota Semarang. Meski demikian, masih terdapat beberapa wilayah yang terdampak kekeringan.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, beberapa wilayah masih mengalami kekeringan meskipun telah turun hujan. Hal tersebut lantaran intensitas hujan tidak begitu berpengaruh pada ketersediaan air bersih. Terlebih, curah hujan saat ini masih tergolong ringan.
Menanggapi hal tersebut, Dr FL. Budi Setiawan, Kepala Program Doktor Ilmu Lingkungan (PDIL) Soegijapranata Catholic University (SCU) mengatakan, cuaca panas ekstrem memang sedang melanda berbagai negara di seluruh dunia. Menurutnya, panas ekstrem tersebut disebabkan oleh fenomena El Nino dan El Nina.
Lebih lanjut, ia menyebut salah satu dampak dari cuaca panas ekstrem adalah kekeringan yang melanda beberapa wilayah di berbagai negara. Tak terkecuali Kota Semarang.
Selain itu, cuaca panas ekstrem juga menyebabkan angka curah hujan cenderung menurun. Dua hal inilah yang menjadi faktor semakin parahnya krisis air di Indonesia secara umum.
BACA JUGA: 1.382 Desa di Jateng Masih Kekeringan Jelang Musim Hujan, Pemprov Salurkan 76 Juta Liter Air Bersih
“Pertumbuhan populasi dan perubahan iklim menambah tekanan pada terbatasnya pasokan air,” tambah Budi.
“Tren penurunan kapasitas air terjadi akibat pendangkalan,” imbuh Budi.
Mendaur ulang air adalah solusi masalah kekeringan di Kota Semarang
Untuk mengatasi masalah kekeringan yang belum jelas kapan berakhir, Budi menilai pentingnya membuat program penghematan air. Salah satunya yaitu dengan memaksimalkan teknologi untuk mendaur ulang air.