Ia menyatakan pentingnya pemanfaatan teknologi sebagai solusi dalam mengantisipasi ancaman krisis air yang mungkin terjadi di masa depan. Ia juga menganggap pentingnya konservasi sebagai upaya pengelolaan air agar penggunaannya tetap efisien.
Lebih lanjut, Budi turut menuturkan bahwa pembuangan limbah industri ke sungai tanpa ada pengolahan terlebih dulu juga menambah faktor pendukung terjadinya krisis air di Indonesia. Oleh karena itu, ia menghimbau pelaku industri untuk mengelola limbahnya secara mandiri.
“Gerakan mengumpulkan dan mengelola limbah, serta perilaku tidak membuang sampah atau limbah ke sungai juga patut diapresiasi,” ucapnya.
BACA JUGA: Bendung Gerak Karangnongko Diharapkan Cegah Kekeringan di Blora Selatan
Seperti yang diberitakan sebelumnya, pada bulan September kemarin terdapat empat kecamatan di Kota Semarang yang terdampak kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Keempat kecamatan itu yakni Banyumanik, Tembalang, Ngaliyan, dan Gunungpati.
Dari keempat kecamatan di Kota Semarang itu, yang paling parah mengalami kekeringan adalah Banyumanik, Tembalang, dan Ngaliyan.(*)
Editor: Farah Nazila