SEMARANG, beritajateng.tv – Beberapa waktu yang lalu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengeluarkan sebuah penelitian yang menyebut remaja di Indonesia banyak melakukan pergaulan bebas.
Adapun BKKBN mencatat sebanyak 20 persen remaja (usia 14-15 tahun), 60 persen remaja usia (16-17 tahun), 20 persen remaja usia (19-20 tahun) telah melakukan pergaulan bebas.
Di sisi lain, Kemendikbud sendiri memasukkan seks bebas pada anak mulai dewasa ke dalam salah satu bentuk pergaulan bebas. Yang di mana selain kategori itu terdapat bentuk lain seperti merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, mengonsumsi obat-obatan terlarang, dan tawuran.
Menanggapi hal tersebut, Psikolog Semarang Probowatie Tjondronegoro mengungkapkan terdapat dua faktor utama yang menyebabkan anak memiliki pergaulan bebas. Penyebab utamanya adalah kurangnya perhatian orang tua serta maraknya penggunaan media sosial.
“Yang pertama, karena kurang perhatian, misalnya kedua orang tua sama-sama sibuk atau kerja. Sedangkan yang kedua media sosial, mereka hanya mencontoh orang-orang yang di media sosial tanpa tau itu benar atau tidak,” jelasnya saat beritajateng.tv hubungi beberapa waktu yang lalu.
BACA JUGA:Cerita Heru Hikayat Kuratori 3 Seniman Kondang, Ada Pidi Baiq Lho
Terkait peran orang tua dan keluarga, Probo menyebut pentingnya penerimaan remaja dalam keluarga. Menurutnya, komunikasi yang baik antar keluarga nantinya akan menjadi rem saat sang anak bertemu dengan lingkungan di luar sana.
“Menurut saya komunikasi dalam rumah harus lebih oke supaya anak-anak keluar rumah ada pegangan. Namun, bila tidak ada komunikasi di rumah dia akan mencari jati dirinya di luar. Mereka bisa minumlah, tawuran, nah itu yang akan terjadi,” lanjutnya.
Masa Remaja Merupakan Masa Kritis
Selain itu, Probo turut menggambarkan masa anak menginjak dewasa sebagai waktu yang penuh tantangan, di mana banyak perubahan dan dinamika terjadi. Ia memandang masa itu merupakan periode yang kritis dalam perkembangan individu.