SEMARANG, beritajateng.tv – Kota Semarang kini menjadi sorotan lantaran terdapat sebanyak empat kasus mahasiswa bunuh diri yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari dua bulan.
Kasus bunuh diri terakhir menimpa mahasiswa asal Kalimantan berinisial EN yang ditemukan tewas di kamar indekosnya. Ia sendiri merupakan mahasiswa Udinus semester 11.
Atas kejadiaan nahas itu, dosen psikologi Universitas Semarang Probowatie Tjondronegoro menekankan kecerdasan intelektual seorang mahasiswa tak melulu berbanding lurus dengan kecerdasan emosionalnya.
“Yang dibutuhkan bukan hanya IQ (kecerdasan intelektual). Tetapi EQ (kecerdasan emosional) dan SQ (kecerdasan spiritual) juga harus ada dalam pergaulan,” ucap Probo, Sabtu, 14 Oktober 2023.
BACA JUGA: Rentetan Kasus Bunuh Diri Mahasiswa Semarang, Psikolog Ungkap Sejumlah Faktor Penyebab
Kurangnya pengendalian emosional dan spiritual seseorang, bagi Probo, menjadi penyebab mahasiswa untuk mengakhiri hidupnya. Hal ini ia anggap berkaitan juga dengan persepsi masyarakat yang masih mengagungkan kecerdasan akademik ketimbang emosional.
“Secara umum, orang Indonesia itu kalau ada anak yang IPK-nya bagus itu kan senang, tapi kalau liat anak yang ramah itu anggapannya lumrah saja. Padahal keseimbangan IQ, EQ, dan SQ itu penting,” sambungnya.
Tak hanya itu, komunikasi tersendat antara anak dan orang tua di dalam sebuah keluarga menjadi pemicu selanjutnya. Tak jarang baginya orang tua sudah memahami anaknya secara utuh, namun masih banyak hal yang mereka tak ketahui.
Kasus bunuh diri marak di Semarang, psikolog sarankan ini pada orang tua
Menurutnya, kepekaan orang tua sangat penting untuk mencegah kasus bunuh diri terjadi lagi di kemudian hari.
Dalam hal ini, lanjut Probo, penting bagi orang tua untuk tidak mudah menghakimi anak. Lantaran hal itu hanya membuat mereka mengurungkan niat untuk bercerita.