Salah satunya terkait ketukan atau tempo tarian. Menurutnya, masyarakat atau penari Semarang terbiasa dengan ketukan tarian Jawa akan kesulitan mengikuti ketukan tari Banyuwani.
“Kalau tarian daerah Bayuwangi ketukannya keras, cepat, sehingga di situ peserta biasanya tertinggal. Tapi kalau hapalan saya pikir sama aja, mereka lebih tertinggal di ketukan-ketukan itu,” ujar Punjul.
BACA JUGA: Inspiratif! LKP Merpati Blora Gelar Festival Seni Tari Nusantara di Mall
Sementara itu, peserta latihan menari, Khairunnisa Zhafirah dan Tiara Amanda Salsabila mengaku senang dapat belajar langsung Tari Jejer Gandrung. Apalagi, mereka cukup penasaran saat Tari Jejer Gandrung viral di media sosial.
“Kita penasaran gimana tariannya ternyata terlalu susah gerakannya dan temponya terlalu cepat. Tapi kita seneng dapet pengalaman baru,” jata Zhafirah.
“Belum pernah sama sekali dan ini pertama kali belajar Tari Jejer Gandrung. Harapannya bisa belajar lebih dalam lagi untuk mempelajari budaya-budaya di Indonesia,” tambah Tiara. (*)
Editor: Farah Nazila