Sekolah Alternatif, Karya Kompetitif
Kehadiran Praxis High School dalam kompetisi internasional ini menjadi sorotan tersendiri. Di tengah dominasi sekolah-sekolah besar dengan fasilitas riset lengkap, Praxis, yang menerapkan model pendidikan alternatif berbasis STEAM—justru tampil percaya diri dan membawa inovasi yang matang.
BACA JUGA: Gandeng BPBD Buleleng, UKSW Kembangkan Riset GeoAI Hybrid: Mitigasi Kebencanaan Pesisir
Menurut Aishah, keberhasilan ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan yang memberi ruang bagi eksperimen, riset kecil, dan proyek nyata mampu menumbuhkan kreativitas sekaligus menghasilkan karya berdaya saing tinggi.
“Ini menunjukkan bahwa model pendidikan alternatif seperti Praxis memiliki tempat penting dalam ekosistem pendidikan Indonesia. Termasuk dalam pengembangan STEM,” ujar Aishah, lulusan doktor dari Oxford.
Di Praxis, kompetisi bukan tujuan utama. Proyek siswa biasanya berkembang dari kegiatan belajar jangka panjang. Lalu di pertajam untuk memenuhi tantangan di tingkat regional maupun global.
Bukan Sekadar Juara, tetapi Bukti Ekosistem Belajar yang Tepat
Kemenangan Green Pioneers tidak hanya menjadi pencapaian di panggung kompetisi Asia. Lebih dari itu, keberhasilan ini merupakan bukti bahwa ekosistem belajar yang benar. Yang mendorong eksplorasi, kreativitas, dan keberanian bereksperimen dapat melahirkan inovator muda yang kompetitif di tingkat internasional.
BACA JUGA: Zenius Berhenti Beroperasi Setelah 20 Tahun Berdiri, CEO Minta Maaf
Praxis High School pun menegaskan posisinya sebagai salah satu sekolah alternatif di Indonesia yang mampu menghasilkan karya inovatif dan relevan, sekaligus membuktikan bahwa pelajar Jogja mampu bersaing di kancah Asia. (*)
Editor: Farah Nazila













