SOLO, 13/12 (beritajateng.tv) – Jalan tol Solo-Yogyakarta akan dilengkapi dengan banyak exit tol guna kepentingan pengembangan wilayah di sekitarnya. Selain memudahkan mobilitas masyarakat, keberadaan exit tol juga mencegah sebuah wilayah terisolasi karnena adanya jalan bebas hambatan.
Kepala Dinas Bina Marga Jateng Hanung Triyono mengatakan beberapa pemerintah daerah terkadang menginginkan ada exit sendiri di jalan tol yang melintas. Tol Solo-Yogyakarta akan dilengkapi empat exit tol dan dua rest area yang dibangun di wilayah Kabupaten Klaten. Keempat exit tol tersebut rencananya akan dibangun di daerah Karanganom, Ngawen, Prambanan, dan Manisrenggo. Sementara dua rest area akan dibangun di daerah Manjungan dan Jagalan.
Dia mencontohkan, exit tol bisa saja ditambahkan setelah jalan tol jadi. Seperti di jalan tol Solo-Jatim, exit Gondangrejo merupakan tambahan dan tidak seperti desain awal. “Di jalan tol yang sudah exist juga bisa ada penambahan exit. Yang sedang dikaji di Salatiga yaitu di Jalan Pattimura ada permintaan Wali Kota Salatiga untuk dibuka exit. Di Sambungmacan Sragen juga ditambah. Ada lagi karena Jateng sedang membuat Jateng Valley, exit yang dekat Ungaran dibikin lagi,” ujarnya dalam Dialog Aspirasi Jateng “Tol Solo-Jogja Ungkit Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah” di studio TATV Solo, belum lama ini.
Pembangunan Tol Solo-Yogyakarta sampai New Yogyakarta International Airport (NYIA) saat ini berlangsung secara pararel. Menurut Hanung, ruas seksi I Jateng di Solo-Purwomartani sepanjang 36 km di wilayah Klaten progresnya mencapai 11,5%. “Sementara untuk pembebasan lahan, sosialisasi, penetapan harga terus dilakukan. Saat ini ada 24,9% lahan yang sudah dibebaskan. Dana yang dibutuhkan untuk pembebasan tanah saja mencapai Rp 6 triliun,” katanya dalam dialog yang dipandu Host Bona Ventura Sulistiana dan Co Host Okfied Sosendar tersebut.
Anggota Komisi D DPRD Jateng Untung Wibowo Sukowati mengatakan pihaknya beberapa waktu lalu melakukan kunjungan kerja ke wilayah terdampak tol Solo-Yogyakarta di Klaten. Menurutnya, dari perbincangan dengan warga setempat, mereka legowo lahannya dibebaskan untuk pembangunan tol. Namun dia meminta pengelola proyek meminimalisir dampak negatif pembangunan tol tersebut. Diantaranya hilangnya lahan pertanian, terputusnya jalan desa, hingga hilangnya irigasi pertanian.
“Dari sisi lingkungan wilayah Solo Raya ini lumbung pangan nasional. Pengalaman di Sragen hampir kehilangan 2000 hektare tanah hijau. Lalu ada beberapa tempat yang tadinya tidak banjir menjadi banjir. Kami berharap ini dicarikan solusi atau lahan pengganti. Proyek nasional ini harus didukung tapi masyarakat jangan terabaikan,” katanya.
Politisi PDI Perjuangan ini mengungkapkan, pembangunan infrastruktur merupakan sesuatu yang wajib karena infrastruktur Indonesia ketinggalan beberapa tahun dengan negara tetangga. Dikatakannya, Pemprov juga perlu mendukung pendaaan bagi jalan kabupaten/kota yang dengan adanya tol nantinya bisa dilewati kendaraan bertonase berat.