BACA JUGA: Tebing Galian C Longsor di Perbatasan Semarang-Demak, Polisi Bakal Periksa Pengelola Tambang
Siswanto, Direktur PT PP selaku pemegang proyek Tol Laut Semarang–Demak, menjelaskan bahwa gedung sekolah baru merupakan hasil relokasi dari bangunan lama yang terdampak proyek tol. Nilai pembangunan mencapai hampir dua miliar rupiah, namun proses administrasi yang belum lengkap membuat pembayaran kontrak terhambat.
“Untuk dapat di fungsikan, bangunan ini ada proses serah terima. Kita memang ada ceklis kelengkapan, quality dan sebagiannya. Sampai nanti secara dokumen itu dapat di serahterimakan,” katanya kepada beritajateng.tv, baru-baru ini.
Siswanto juga mengakui bahwa penutupan ruang kelas terjadi karena pembayaran nilai kontrak belum PT PP lakukan. Hal ini menyebabkan kontraktor mengambil langkah menutup sekolah sementara hingga urusan keuangan dan administratif selesai.
Setyo Hadi Prayitno, Kasi Sarpras Dinas Pendidikan Demak, menyampaikan bahwa mulai Rabu pagi para siswa sudah dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) secara normal. Ia menambahkan bahwa ruang kelas sudah siap di gunakan proses belajar akan berjalan sebagaimana mestinya.
“Pengelolaannya sudah saya serahkan sepenuhnya kepada kepala sekolah,” kata Setyo Hadi Prayitno.
BACA JUGA: Bejat! Pria di Demak Cabuli Anak Tiri Sejak SD hingga Hamil, Terbongkar Usai Melahirkan
Sebelumnya, kasus ini sempat viral di media sosial bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Publik mengecam keras kondisi siswa yang harus belajar di tempat tidak layak hanya karena ruang kelas dikunci oleh kontraktor.
SD Negeri Bedono 1 Sayung memang menjadi salah satu sekolah yang terdampak proyek Tol Laut Semarang–Demak sehingga harus di relokasi. Siswa pun sempat di gabungkan dengan SD Negeri Bedono 2 Sayung, dan kini sekolah tersebut resmi kembali menggunakan nama SD Negeri Bedono 1 Sayung dengan gedung baru. (*)