Scroll Untuk Baca Artikel
FeatureGaya HidupHeadlineNews Update

Ada Rupiah di Balik Musibah Air Pasang Rob di Demak

×

Ada Rupiah di Balik Musibah Air Pasang Rob di Demak

Sebarkan artikel ini

Musibah air pasang atau rob justru menjadi peluang bagi warga desa Tugu Sayung Demak untuk menghasilkan pundi-pundi uang dari rumput laut yang tumbuh disekitar desa

Hartono Kepala Desa Tugu, kecamatan Sayung Demak sedang mendatangi gudang atau tempat penyimpanan Rumput laut milik salah satu warganya, Minggu (5/2/2023). (Wisnu Budi - beritajateng.tv)

DEMAK, 5/2 (beritajateng.tv) – Musibah air pasang atau yang biasa disebut rob, sudah merupakan peristiwa yang lumrah dan wajar bagi seluruh penduduk yang bertempat tinggal di pesisir pantai Utara Jawa.

Meski demikian tidak seluruh masyarakat menganggapnya sebagai musibah harian yang harus dihadapi setiap hari tak terkecuali bagi masyarakat Desa Tugu, kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, dimana ada kebahagian dibalik musibah air pasang (rob).

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Hal tersebut diucapkan Kepala desa Tugu, Hartono, Minggu (5/2/2023) saat ditemui awak media di Tugu, Sayung, Demak.

Pasalnya banyak warga yang mengambil sisi positif dari rob yang melanda desanya, yaitu dengan memanfaatkan tanaman yang dianggap liar atau pengganggu oleh warga yang biasa disebut rumput laut berada disekitar sungai dan tambak ikan milik warga ternyata bernilai ekonomis tinggi bahkan salah satu komoditi ekspor ke negara Thailand.

“Besar sekali manfaatnya rumput laut bagi warga kami disaat rob terus terjadi,” ucap Kepala desa Tugu.

Meski manfaatnya besar sekali bagi perekonomian warga, orang nomor satu di desa Tugu ini mengaku jika masih buta akan dunia rumput laut, mulai dari tata cara budidaya, perawatan hingga hasil panen yang bagus walaupun tidak sedikit warganya yang sudah bisa merasakan panen setiap harinya.

“Kita dalam waktu dekat akan datang ke dinas perikanan dan kelautan Demak untuk minta petunjuk terkait budidaya rumput laut ini, supaya kita paham selain memanen kita harus Thu bagaimana caranya membudidayanya agar tidak punah,” terang Hartono.

Rata-rata setiap harinya warga dapat memanen sekitar 20-30 kg rumput laut, dimana perkilonya seharga Rp. 6500, hasil panen tersebut dikirim ke kota Cirebon dan Jakarta melalui penyalur oleh salah satu warga yang notabene merupakan pelakubusaha dibidang perikanan.

“Kalau rata-rata setiap minggunya warga dapat 20 ton dan itu tinggi sekali pendapatannya,” terangnya.

Tinggalkan Balasan