Becak tidak hanya dilengkapi kamera bawah, namun juga kamera depan untuk menangkap gambar gedung-gedung yang ada di Kota Lama.
Kendaraan tersebut akan menampilkannya melalui layar yang terdapat di bagian depan kursi penumpang sekaligus menjelaksan melalui suara.
“Misalnya, ada Gereja Belenduk, Marabunta, akan diinformasikan ke penunpangnya melalui layar, sekaligus akan diberi suara. Gereja Belenduk dibuat tahun berapa, dan sebagainya,” jelasnya.
Anggota tim pembuatan becak listrik, Toriq Akbar Bagaskoro mengatakan, sejauh ini kendaraan listrik tersebut memang belum diuji lebih lanjut berapa banyak tegangan listrik yang dibutuhkan untuk menempuh sekian kilometer.
Namun, dari uji coba yang dilakukan, pihaknya menggunakan 62 volt untuk kemudi depan dan 24 volt untuk kontrol belakang.
“Itu sudah bisa untuk muter-muter lama saat uji coba, sekitar kampus Udinus, ke kampung-kampung. Turunnya sehari 1 volt,” jelasnya.
Diakui Toriq, hal yang cukup sulit saat menciptakan becak listrik tanpa pengemudi ini adalah bagian mekanisme jalan otomatis.
Pasalnya, becak perlu mengetahui sensor di sekitar, misalnya, di perempatan, ada orang, pohon, dan lain sebagainya.
Dia bersama tim terus melakukan pengembangan untuk menciptakan becak listrik tersebut lebih baik. (*)
Editor: Elly Amaliyah