Scroll Untuk Baca Artikel
Politik

Ganjar Babak Belur di Kandang Sendiri, Pengamat Ungkap Banyak Faktor Kekalahan 03 di Jateng

×

Ganjar Babak Belur di Kandang Sendiri, Pengamat Ungkap Banyak Faktor Kekalahan 03 di Jateng

Sebarkan artikel ini
ganjar nasional | Ganjar Azan | PKB PDIP | Prabowo-Gibran PDI Perjuangan | Jokowi PDI Perjuangan | Jokowi Debat | Ganjar-Mahfud | Presiden Jokowi | Ganjar Jateng
Pengamat politik sekaligus dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Diponegoro (Undip), Wahid Abdulrahman. (Foto: Dok. Pribadi)

SEMARANG, beritajateng.tv – Beberapa faktor dinilai menyebabkan perolehan suara pasangan calon nomor urut 02 Prabowo SubiantoGibran Rakabuming Raka unggul jauh ketimbang paslon nomor urut 03 Ganjar PranowoMahfud MD di Jateng.

Per Sabtu, 17 Februari 2024 pukul 19.30 WIB, suara Ganjar-Mahfud di Jateng masih di angka 34,41 persen. Sementara Prabowo-Gibran unggul jauh, bahkan mendulang suara lebih dari 51 persen di Jateng. Adapun perolehan suara Prabowo-Gibran yakni 52,7 persen.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Di sisi lain, paslon nomor urut 01, Anies-Muhaimin berada di posisi terendah dengan perolehan 12,89 persen.

Suara Prabowo-Gibran yang menyalip Ganjar-Pranowo di kandang sendiri tentu memantik pertanyaan publik. Pasalnya, partai pengusung Ganjar, PDI Perjuangan, tetap merajai hasil Pileg 2024 di Jateng.

Pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip), Wahid Abdulrahman, mebeberkan beberapa faktor mengapa fenomena yang ia sebut ‘anomali’ itu bisa terjadi.

BACA JUGA: Suara Ganjar-Mahfud Jeblok, Publik Singgung Peringatan Bambang Pacul Soal Jokowi: Jangan Pernah Lawan Orang Baik, Rugi Kau

Prabowo salip suara Ganjar di Jateng

Sementara itu, Wahid memastikan suara Prabowo-Gibran akan tetap unggul di Jateng menyalip Ganjar-Pranowo.

“Ada beberapa faktor, semacam keterbelahan antara pilihan pemilih terhadap partai politik dengan kandidat capres-cawapres. Ini tidak linier,” ungkap Wahid via WhatsApp, Minggu, 18 Februari 2024 siang.

Faktor utama, lanjut Wahid, ialah figur seorang Ganjar yang menurutnya kalah telak dengan Presiden RI Joko Widodo yang menunjukkan keberpihakannya pada Prabowo-Gibran.

“Pilpres ini peran bintang atau figur, di sini tidak hanya figur Prabowo-Gibran saja, di belakangnya ada Pak Jokowi yang kuat meng-endorse. Jadi yang Ganjar dan PDIP lawan tidak hanya Prabowo-Gibran, tetapi ada Jokowi,” papar Wahid.

Bahkan, dalam kacamatanya, ‘strategi bilas’ PDI Perjuangan yang menghapus jejak kunjungan Jokowi dan Prabowo-Gibran di Jateng rasa-rasanya tak mempan untuk memenangkan Ganjar.

“Sekaligus itu menunjukkan bahwa strategi bilasnya PDIP tidak berhasil. Ketika Pak Jokowi ke Jateng, bagi-bagi bansos atau Prabowo-Gibran mengadakan kegiatan, kemudian PDIP tumpangi setelahnya, tetapi itu tidak berhasil,” terangnya.

Faktor kedua, Pilpres tak hanya berkutat soal figur dan bintang Capresnya. Melainkan mesin pemenangan partai bagi Wahid juga berperan penting. Dalam hal ini, Wahid mengungkap adanya fenomena yang menarik.

“Ada sedikit fenomena yang menarik. Di internal, PDIP relatif memperkuat Pilegnya, tapi Pilpresnya tidak maksimal. Kebalikan, Gerindra justru memperkuat Pilpres ketimbang Pileg,” akunya.

Selain parpol sebagai mesin pemenangan, faktor jaringan yang kuat juga mampu mendongkrak kemenangan Prabowo-Gibran di kandang banteng.

“Jaringan sebagai bagian dari mesin pemenangan. Seperti jaringan keagamaan, perangkat desa, tokoh-tokoh agama. Luar biasa ini paslon 02 penetrasinya di Jawa Tengah. Serta relawannya juga cukup masif,” sambungnya.

Tinggalkan Balasan