“Ini adalah momentum yang paling bagus, karena masyarakat tanpa disadari mereka menjadi lebih perhatian terhadap kesehatan. Kita sampaikan ini penting untuk kesehatan panjenengan, keturunan, dan warga kedepan. Maka kita datangi kampus, sekolah, dan pondok pesantren karena remaja-remaja ini harus kita edukasi dan meminum tablet penambah darah,” jelasnya.
Menambahkan, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jateng, Widiono mengatakan untuk mencapai target penurunan stunting sebesar 14% pada tahun 2024, bukan hal yang mudah. Namun, semua tidak ada yang tidak mungkin apabila seluruh pihak dan bersatu, berkontribusi secara aktif dalam upaya percepatan penurunan stunting.
“Alhamdulillah untuk Jawa Tengah dari hasil SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) terakhir itu sudah dibawah angka nasional. Angka (stunting) nasional di angka 24,4%, sedangkan (angka stunting) Jawa Tengah di angka 20,9%. Artinya, Jawa Tengah sudah on the track,” katanya.
Terkait upaya penurunan stunting, BKKBN Jateng membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) tingkat provinsi di 35 kabupaten/kota, 576 TPPS kecamatan, serta sebanyak 8.650 desa/kelurahan. (Ak/El)