“Ini akan continue buka setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu. Ada makanan khas Semarang seperti tahu pong, lunpia, soto, pisang plenet, tahu petis. Semua khas Semarang ada di sini,” jelas Harjanto.
Ia menambahkan, suasana Pasar Semawis kini lebih nyaman dengan penataan tenda rapi, area makan luas, dan alur pengunjung lebih tertib. Tenant disusun agar jenis kulinernya tersebar merata, tidak menumpuk di satu area.
Selain kuliner, hiburan ringan juga disiapkan untuk memeriahkan suasana malam. “Akan ada atraksi masak dengan wajan raksasa, talk show, karaoke, dan kegiatan komunitas. Tiap Sabtu temanya beda,” ujarnya.
BACA JUGA: Serunya Siswa TKN Pembina Belajar Budaya di Pasar Semawis Mini, Gak Kalah Sama yang Asli!
Tak hanya itu, berbagai komunitas kampus dan pecinta hewan juga turut meramaikan malam pembukaan, menjadikan Pasar Semawis bukan sekadar tempat makan, melainkan ruang sosial dan interaksi budaya.
“Tempat ini bukan hanya untuk makan, tapi juga untuk bersosialisasi. Kami ingin semua orang merasa betah di sini,” tutur Harjanto.
Aroma jajanan panas dari wajan-wajan besar menambah daya tarik visual yang kuat sebuah kombinasi budaya, kuliner, dan ekonomi lokal yang berpadu dalam satu ruang.
Salah satu pengunjung, Selena, yang juga membawa anjing peliharaannya berkeliling Pasar Semawis mengaku senang karena kembalinya pasar kuliner ini.
“Senang sekali, apalagi ini di tempat terbuka jadi bisa nikmati suasana outdoor juga gitu. Pilihannya banyak di sini, apalagi yang non-halal. Iya, sekalian bawa peliharaan jalan-jalan,” ujarnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi